Suara.com - Aktivitas manusia menjadi penyumbang utama emisi karbon yang memicu krisis iklim.
Dampaknya semakin terasa dengan meningkatnya bencana hidrometeorologi dan rekor suhu global. Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas, dengan suhu rata-rata global mencapai 1,47 derajat Celsius di atas suhu pra-industri.
Melalui kajian terbaru, Institute for Essential Services Reform (IESR) menelusuri jejak karbon individu di kawasan perkotaan, semi perkotaan, dan perdesaan di Pulau Jawa.
Hasilnya menunjukkan, individu di wilayah perkotaan menghasilkan emisi lebih besar dibandingkan wilayah lainnya, yaitu rata-rata 3,4 ton setara karbon dioksida per tahun. Untuk menyerap emisi sebesar itu, dibutuhkan sekitar 25 pohon yang dirawat selama 20 tahun.
“ Tingginya emisi individu wilayah perkotaan berasal dari sektor transportasi, makanan dan rumah tangga. Informasi ini penting untuk membantu pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya merancang strategi yang tepat, seperti penerapan kebijakan terpadu di sektor transportasi,” tegas Manajer Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo, dalam peluncuran kajian berjudul Pola Jejak Karbon Individu Berdasarkan Profil Demografis di Kawasan Perkotaan, Semi Perkotaan, dan Perdesaan di Pulau Jawa.
Kajian dilakukan di sembilan wilayah yang mewakili karakteristik berbeda, melibatkan 483 responden dari total 11,7 juta jiwa. Kota-kota seperti Jakarta Selatan, Bandung, dan Yogyakarta mewakili kawasan perkotaan; Bogor, Cirebon, dan Serang untuk semi perkotaan; serta Purworejo, Banjarnegara, dan Cianjur mewakili kawasan perdesaan.
Emisi per kapita di perkotaan tercatat 3,39 ton, lebih tinggi dibandingkan semi perkotaan (2,81 ton) dan perdesaan (2,33 ton).
Deon juga menyampaikan bahwa IESR telah mengembangkan platform Jejakkarbonku.id untuk menghitung jejak karbon individu.
“Untuk menghitung jejak karbon individu, IESR telah mengembangkan platform Jejakkarbonku.id yang hingga 2025 telah digunakan oleh 76 ribu pengunjung,” ujarnya. Ia meyakini bahwa peningkatan kesadaran kolektif dapat mendorong perubahan konsumsi menuju produk dan layanan rendah emisi.
Baca Juga: Tekan Emisi Karbon, Pertamina Patra Niaga Perkuat Transisi Energi Melalui SAF
Koordinator Clean Energy Hub IESR, Irwan Sarifudin, menjelaskan bahwa transportasi menjadi sektor penyumbang emisi terbesar (43,34%), disusul makanan (34,91%) dan rumah tangga (21,08%). Ketergantungan pada kendaraan pribadi, terbatasnya transportasi publik, serta konsumsi makanan olahan dan produk hewani menjadi penyebab utamanya.
“Secara umum, kelompok dengan tingkat pendapatan dan konsumsi lebih tinggi berkontribusi lebih besar terhadap emisi GRK akibat pola konsumsi yang intensif, penggunaan kendaraan pribadi, dan konsumsi energi yang tinggi. Namun, dampak dari emisi tersebut justru lebih dirasakan oleh masyarakat dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan dan perlindungan sosial, dan lebih rentan terhadap risiko perubahan iklim,” jelas Irwan.
IESR mendorong dua strategi utama: pengurangan emisi dari sektor transportasi dan rumah tangga. Di perkotaan, pengembangan transportasi umum ramah lingkungan, jalur sepeda, dan infrastruktur kendaraan listrik jadi prioritas.
Di semi perkotaan dan perdesaan, akses transportasi publik dan insentif motor listrik harus diperluas. Sementara itu, subsidi untuk perangkat hemat energi dan pemasangan panel surya dinilai penting untuk menekan emisi di sektor rumah tangga. Untuk sektor makanan, edukasi publik dan kolaborasi dengan produsen diperlukan agar masyarakat lebih mudah mengakses pilihan makanan rendah emisi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Prabowo ke Pengungsi Banjir Aceh: Maaf, Saya Tak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Rumah Kalian Diganti
-
Dasco Unggah Video Prabowo saat Bikin Kaget WWF karena Sumbangkan Tanah di Aceh
-
Borok Penangkapan Dirut Terra Drone Dibongkar, Pengacara Sebut Polisi Langgar Prosedur Berat
-
Pramono Anung Wanti-wanti Warga Jakarta Imbas Gesekan di Kalibata: Tahan Diri!
-
WALHI Sebut Banjir di Jambi sebagai Bencana Ekologis akibat Pembangunan yang Abai Lingkungan
-
Pramono Anung Bahas Peluang Siswa SDN Kalibaru 01 Cilincing Kembali Sekolah Normal Pekan Depan
-
Cuma Boleh Pegang HP 4 Jam, Siswa Sekolah Rakyat: Bosen Banget, Tapi Jadi Fokus Belajar
-
Legislator DPR Minta Perusak Hutan Penyebab Banjir Sumatra Disanksi Pidana
-
Farhan Minta Warga Tak Terprovokasi Ujaran Kebencian Resbob, Polda Jabar Mulai Profiling Akun Pelaku
-
Banjir Jakarta Hari Ini: Pela Mampang dan Cilandak Terendam 60 Cm, Warga Diimbau Waspada