Suara.com - Di tengah hiruk pikuk reformasi yang mengguncang Indonesia pada akhir 1990-an, sebuah suara lantang terdengar dari jantung Pulau Sumatera.
Bukan sekadar teriakan protes biasa, melainkan sebuah deklarasi yang menuntut kemerdekaan.
Inilah kisah Gerakan Riau Merdeka, sebuah babak penting dalam sejarah politik Indonesia yang lahir dari akumulasi kekecewaan, rasa ketidakadilan, dan perjuangan atas martabat sebuah negeri yang kaya raya namun merasa terpinggirkan.
Bagi generasi milenial dan anak muda saat ini, gagasan sebuah provinsi di Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan mungkin terdengar ekstrem.
Namun, untuk memahami mengapa Riau Merdeka pernah menjadi wacana yang begitu kuat, kita perlu kembali ke akar persoalannya.
Ketimpangan ekonomi dan sentralisasi kekuasaan yang mencekik pada era Orde Baru.
Akar Kekecewaan: Ketika Emas Hitam Tak Menyejahterakan
Selama puluhan tahun di bawah pemerintahan Orde Baru, Riau dikenal sebagai lumbung energi Indonesia.
Perut buminya kaya akan minyak dan gas, sementara hutannya menghasilkan kayu-kayu bernilai tinggi.
Baca Juga: Eks BIN: Ada Rapat Tertutup Bahas Proklamasi Negara Riau Merdeka
Ironisnya, kekayaan alam yang melimpah ini seolah hanya menjadi kutukan bagi rakyatnya.
Pemerintah pusat di Jakarta dianggap mengeruk habis sumber daya alam Riau, namun hanya menyisakan remah-remah pembangunan untuk masyarakat setempat.
Bayangkan, Riau menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar negara dari sektor migas, tetapi infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan di sana tertinggal jauh dibandingkan dengan Pulau Jawa.
Perasaan ini diperparah dengan dominasi elite politik dan birokrasi yang kerap "diimpor" dari pusat, membuat putra-putri daerah merasa terasing di tanah kelahiran mereka sendiri.
Perlawanan ini muncul karena daerah merasa kekayaan sumber daya alamnya dirampas oleh pusat tanpa mendapatkan hak yang layak.
Salah satu peristiwa yang menjadi pemantik awal adalah kejadian pada 2 September 1985, ketika calon gubernur pilihan rakyat Riau, Ismail Suko, dikalahkan oleh calon yang didukung pemerintah pusat, Mayjend TNI Imam Munandar, meski telah memenangkan suara di DPRD Riau.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Kabar Duka, Mantan Ketua KPK Antasari Azhar Meninggal Dunia di Usia 72 Tahun
-
Lihat Rumahnya Porak-poranda Dijarah, Ahmad Sahroni Pilih Beri 'Amnesti': Kalau Balikin, Aman!
-
Sebut Kejagung Layak Tetapkan Sri Mulyani Tersangka, OC Kaligis: Masa Anak Buah yang Dikorbankan?
-
Kapolri Jenguk Korban Ledakan SMAN 72, Pastikan Penanganan Medis dan Pemulihan Trauma
-
Prabowo Ingin Evaluasi Semua Lembaga Produk Reformasi, Tidak Hanya Polri
-
Tolak Komisi 10 Persen, URC Bergerak Awasi Perpres Ojol: Harus Adil, Jangan Timpang!
-
OTT Bupati Ponorogo: Segini Total Kekayaan Sugiri Sancoko yang Terungkap!
-
OTT Ponorogo: KPK Bawa Orang Kepercayaan Bupati Sugiri Sancoko ke Jakarta
-
Tragis! Aksi Heroik Berujung Maut, Hansip di Cakung Jaktim Tewas Didor Maling Motor
-
PDIP Sindir Pemimpin Fasis dan Zalim Lewat Tokoh Wayang Prabu Boko, Siapa Dimaksud?