Suara.com - Upaya hukum tak biasa kini dilancarkan oleh Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet), Silfester Matutina, untuk lolos dari jerat penjara. Setelah enam tahun bebas berkeliaran meski vonisnya sudah inkracht, relawan Jokowi ini kini mencoba menggunakan jurus Peninjauan Kembali atau PK.
Namun, manuver ini langsung dipatahkan oleh Kejaksaan Agung. Lembaga Adhyaksa itu mengirimkan peringatan keras; PK tidak akan pernah bisa menunda eksekusi.
"Iya, PK mungkin, nanti mungkin di pengadilan kita cek," kata Kapuspenkum Kejagung, Anang Supriatna, di Kantornya, Senin (11/8/2025).
"Prinsipnya PK tidak menunda eksekusi. Itu kewenangan Kejari Jakarta Selatan,” tegas Anang.
Meskipun Kejagung telah memberikan lampu hijau dan menegaskan bahwa eksekusi harus berjalan, Anang seolah melempar bola ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan sebagai eksekutor utama.
Saat ditanya kapan pastinya Silfester akan diseret ke penjara, Anang menyerahkan sepenuhnya keputusan teknis kepada Kejari Jaksel.
“Coba nanti dipastikan, apakah sudah ada permohonan PK-nya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atau sekalian dicek apakah ditembuskan kepada Kejaksaan Jakarta Selatan,” imbuhnya.
Mandek 6 Tahun, Hukum Tumpul Hadapi Relawan?
Kasus ini menjadi preseden buruk yang sangat memalukan bagi penegakan hukum di Indonesia. Silfester telah divonis 1 tahun 6 bulan penjara dalam kasus pencemaran nama baik terhadap mantan Wapres Jusuf Kalla (JK), dan putusan itu sudah berkekuatan hukum tetap sejak 2019.
Baca Juga: Warisan Dosa Triliunan Rupiah: Anak Surya Darmadi Kabur ke Luar Negeri, Kejagung Ajukan Red Notice
Namun, hingga enam tahun berlalu, ia masih bisa menghirup udara bebas. Kejagung sebelumnya sudah berjanji akan mengeksekusinya dan telah melayangkan panggilan pada 4 Agustus 2025 lalu.
"Kalau dia nggak datang ya silakan aja. Kami harus eksekusi," janji Anang saat itu.
Namun, hingga kini janji itu belum juga terealisasi.
Desakan publik pun semakin kencang, salah satunya datang dari pakar telematika Roy Suryo.
"Yang bersangkutan sudah harus dieksekusi oleh kejaksaan dan masuk ke dalam ruang penahanan. Kalau sudah inkrah, harus dieksekusi," tegas Roy.
Di tengah desakan publik, Silfester sendiri justru santai dan mengklaim bahwa persoalan hukumnya dengan JK sudah selesai.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
-
Purbaya Gregetan Soal Belanja Pemda, Ekonomi 2025 Bisa Rontok
-
Terjerat PKPU dan Terancam Bangkrut, Indofarma PHK Hampir Seluruh Karyawan, Sisa 3 Orang Saja!
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
Terkini
-
Wakil Ketua Komisi X DPR: Kemensos dan Kemendikbud Harus Jelaskan Soeharto Jadi Pahlawan
-
Tuan Rondahaim Saragih Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Bobby Nasution: Napoleon der Bataks
-
Polisi Sita Buku dan Dokumen dari Rumah Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Jakarta, Apa Relevansinya?
-
Dilimpahkan ke Kejari, Nadiem Makarim Ucapkan Salam Hormat kepada Guru di Hari Pahlawan
-
Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Ketua MPR Ingatkan Pencabutan TAP MPR Anti-KKN
-
Fokus Baru KPK di Proyek Whoosh: Bukan Pembangunan, Tapi Jual Beli Lahan yang Bermasalah!
-
Misteri Pelaku Bom SMAN 72: Kenapa Dipindah ke RS Polri dan Identitasnya Dirahasiakan?
-
Tangis Haru 32 Tahun: Kisah Marsinah, Buruh Pabrik yang Dibunuh, Kini Jadi Pahlawan Nasional
-
Terungkap! Sebelum Ledakan di SMAN 72, Pelaku Tinggalkan Pesan Misterius di Dinding Kelas
-
Ironi Pahlawan Nasional: Marsinah, Korban Orde Baru, Kini Bersanding dengan Soeharto