Suara.com - Pertarungan hukum antara Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melawan aliansi delapan organisasi sekolah swasta memasuki babak baru yang lebih tajam.
Dedi Mulyadi secara terbuka menolak mentah-mentah jalur mediasi yang direkomendasikan majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung terkait kebijakan kontroversial penambahan rombongan belajar (rombel) hingga 50 siswa per kelas di SMA negeri.
Sikap tegas ini diiringi dengan analogi pedas yang menyindir posisi para penggugat, mengisyaratkan bahwa pertarungan ini akan berlanjut di meja hijau tanpa ada ruang kompromi dari pihak gubernur.
Alih-alih menyambut baik "jembatan" mediasi yang disodorkan PTUN, Dedi Mulyadi justru mempertanyakan urgensi keterlibatan dirinya secara langsung.
Baginya, proses hukum sudah didelegasikan sepenuhnya kepada tim kuasa hukumnya, sehingga pertemuan tatap muka dengannya tidak lagi relevan.
"Gugatannya kan diminta mediasi. Mediasi itu kan sudah ada kuasa hukum. Ngapain gubernur, kan sudah ada kuasa hukum," kata Dedi Mulyadi dilansir dari Antara.
Lebih jauh, ia secara fundamental mempertanyakan legalitas gugatan dari para sekolah swasta. Menurutnya, objek dari Keputusan Gubernur Jabar Nomor 463.1/Kep.323-Disdik/2025 adalah sekolah negeri, bukan sekolah swasta.
"Surat keputusan gubernur itu kan untuk sekolah negeri, para kepala sekolah negeri. Artinya yang menjadi objeknya adalah sekolah negeri. Kemudian yang menggugatnya kan sekolah lain yang di luar sekolah negeri," ucap Dedi Mulyadi.
Untuk memperjelas argumennya, Dedi Mulyadi melontarkan sebuah analogi yang tajam dan langsung menyasar akar masalah yang dipersepsikan, yakni dampak kebijakan terhadap penerimaan siswa di sekolah swasta.
Baca Juga: Prabowo Siapkan Anggaran Pendidikan Rp 757 Triliun: KPK 'Pasang Kuda-Kuda' Cegah Jadi Bancakan
"Saya berikan contoh, saya melarang anak untuk keluar rumah dan jajan ke warung. Tiba-tiba warungnya mengalami penurunan pendapatan. Terus warungnya marah pada saya, menggugat saya karena melarang anak saya jajan, bisa enggak?," ucapnya.
Analogi ini secara gamblang mengilustrasikan pandangan Dedi bahwa kebijakan internal pemerintahannya untuk menampung lebih banyak siswa di sekolah negeri tidak seharusnya menjadi dasar gugatan bagi pihak eksternal (sekolah swasta) yang mungkin terdampak secara bisnis.
Sikap Dedi Mulyadi ini kontras 180 derajat dengan harapan pihak penggugat. Kuasa hukum delapan organisasi sekolah swasta, Alex Edward, menyatakan bahwa pihaknya justru sangat membuka ruang dialog dan berharap bisa bertemu langsung dengan sang gubernur.
"Harapan kami langsung dengan Pak Gubernur lah ya, bisa bertemu secara langsung agar bisa menyampaikan apa yang menjadi keinginan prinsipal daripada penggugat," kata Alex usai sidang di PTUN Bandung, Kamis (14/8).
Pihak penggugat merasa, pertemuan langsung adalah cara terbaik untuk mencari solusi yang mengakomodasi kepentingan semua pihak, di luar jalur hukum yang kaku.
Majelis hakim sendiri memberikan waktu satu minggu bagi kedua belah pihak untuk mengupayakan mediasi sebelum sidang pokok perkara dilanjutkan pada 21 Agustus 2025.
Tag
Berita Terkait
-
Prabowo Siapkan Anggaran Pendidikan Rp 757 Triliun: KPK 'Pasang Kuda-Kuda' Cegah Jadi Bancakan
-
CEK FAKTA: BLT Pendidikan Anak Sekolah, Program Resmi atau Akal-akalan?
-
PBB Bikin Gaduh: 5 Beda Nasib Bupati Pati dan Dedi Mulyadi yang Kontras Abis
-
Beda Nasib! Saat Pernyataan Bupati Pati Picu Demo, Imbauan Dedi Mulyadi Panen Simpati Warga
-
Dua Wajah Kebijakan PBB: Bupati Pati Digeruduk Warga, Dedi Mulyadi Justru Hapus Tunggakan
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa
-
BNPT Sebut ada 112 Anak dan Remaja Terpapar Paham Radikal Lewat Sosial Media
-
Lawan Aksi Pencurian Besi, Pramono Anung Resmikan Dua JPO 'Anti Maling' di Jakarta
-
85 Persen Sekolah Terdampak Banjir di Sumatra Sudah Bisa Digunakan, Sisanya Masih Dibersihkan
-
BNPT Sebut Ada 27 Perencanaan Aksi Teror yang Dicegah Selama 3 Tahun Terakhir