News / Internasional
Jum'at, 05 September 2025 | 21:56 WIB
Staf KBRI di Lima, Peru, Zetro Leonardo Purba, tewas saat bersepeda. Otoritas Peru menduga dilakukan pembunuh bayaran. [Dok. KBRI Lima]

Suara.com - Zetro Leonardo Purba, staf Kedutaan Besar Republik Indonesia di Lima, Peru, yang tewas ditembak, diduga dilakukan pembunuh bayaran.

Sebelumnya, Zetro disebut-sebut tewas dibunuh karena perampokan biasa.

Peristiwa nahas ini terjadi pada Senin malam, 1 September 2025.

Zetro, yang menjabat sebagai Penata Kanselerai Muda, ditembak tiga kali saat baru saja tiba di gedung apartemen tempat tinggalnya.

Pria berusia 40 tahun itu baru saja menyelesaikan aktivitas bersepeda bersama istrinya ketika serangan terjadi.

Meskipun sempat dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis, nyawa Zetro tidak dapat diselamatkan.

Kasus ini segera menjadi perhatian utama pemerintah Peru, yang mengindikasikan bahwa serangan tersebut telah direncanakan dengan matang.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Peru, Carlos Malaver, dalam rapat bersama parlemen pada Rabu (3/9), secara gamblang menyebut insiden ini sebagai eksekusi terencana.

"Serangan itu adalah pembunuhan yang memenuhi syarat pembunuhan kontrak," kata Malaver, seperti dilansir oleh Associated Press, Jumat (5/9/2025).

Baca Juga: Beda dengan Jepang, Koran China Tampilkan Foto Presiden Prabowo Subianto

Kecurigaan ini diperkuat oleh fakta bahwa tidak ada satu pun barang berharga milik Zetro yang diambil oleh pelaku.

"Pelaku menunggunya dan peluru-peluru itu mengenai kepalanya, mereka ingin membunuhnya," kata Malaver.

Kepolisian Peru telah merilis dua rekaman kamera pengawas (CCTV) yang menangkap detik-detik mengerikan tersebut.

Dalam video itu, terlihat seorang pria mengenakan helm menembak Zetro sebanyak dua kali hingga korban langsung tersungkur.

Tak puas, pelaku kemudian menembakkan peluru untuk ketiga kalinya sebelum melarikan diri dengan sepeda motor yang telah dikendarai oleh seorang rekannya.

Respons Keras Indonesia dan Jaminan dari Peru

Pemerintah Indonesia bereaksi keras atas pembunuhan warganya yang berstatus diplomat.

Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menuntut otoritas Peru untuk segera mengusut tuntas kasus ini hingga ke akarnya.

Dalam pernyataannya, Menlu Sugiono menyerukan "investigasi menyeluruh, transparan, dan cepat, serta perlindungan semaksimal mungkin bagi para personel diplomatik dan warga negara Indonesia di Peru".

Menanggapi tekanan diplomatik dan keseriusan kasus ini, Pemerintah Peru memberikan jaminan penuh.

Presiden Peru, Dina Boluarte, bahkan secara pribadi mengirimkan surat resmi kepada Presiden RI Prabowo Subianto untuk menyampaikan duka cita yang mendalam atas nama pemerintah dan rakyat Peru.

Menteri Luar Negeri Peru, Elmer Schialer, pada Jumat (5/9), mengonfirmasi pengiriman surat tersebut.

"Dalam suratnya, Ibu Presiden juga meyakinkan Presiden Prabowo, semua sumber daya yang diperlukan sedang dikerahkan untuk memastikan investigasi ini menyeluruh, cepat, dan efisien, serta untuk mengidentifikasi pelaku intelektual dan material dari tindakan kekerasan ini," kata Schialer.

Schialer juga mengakui bahwa Peru tengah menghadapi masalah "ketidakamanan" yang serius, dan pembunuhan Zetro menjadi "satu lagi peringatan" bagi negaranya.

Kementerian Luar Negeri Peru telah menawarkan untuk meningkatkan keamanan di sekitar lingkungan KBRI dan para staf diplomatik Indonesia.

Saat ini, aparat kepolisian Peru terus memburu para pelaku. Sementara itu, jenazah Zetro Leonardo Purba, yang baru bertugas di Peru selama lima bulan dan meninggalkan seorang istri serta tiga anak, akan segera dipulangkan ke Indonesia untuk dimakamkan di tanah air.

Load More