News / Nasional
Jum'at, 19 September 2025 | 23:45 WIB
Wanadri dan Universitas Padjajaran (Unpad) melakukan kegiatan Buru eXpedition 2025, rediscover alam dan hayati di Pulau Buru. Kamis, 17 September 2025. [Dok Wanadri]
Baca 10 detik
  • Ekspedisi kolaboratif Wanadri, Unpad, Mahatva mengungkap potensi Buru.

  • Fokus pada konservasi alam, penelitian ilmiah, dan pemberdayaan ekowisata.

  • Mencakup pendakian, riset flora, rehabilitasi mangrove, dan kesehatan masyarakat.

Suara.com - Pulau Buru, permata tersembunyi di kepulauan Maluku, memiliki catatan sejarah yang kaya namun masih menyimpan banyak misteri di balik potensi alam dan budayanya yang melimpah.

Di tengah hiruk-pikuk eksploitasi sumber daya alam jangka pendek, kini hadir inisiatif berani yang berfokus pada keberlanjutan dan pelestarian.

Wanadri, organisasi pelopor kegiatan alam bebas di Indonesia dengan pilar pendidikan, penjelajahan, kemanusiaan, dan pelestarian alam, berkolaborasi dengan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Mahatva (Mapala Pertanian Unpad). 

Bersama-sama, mereka meluncurkan "Buru Expedition: Rediscover Buru", sebuah kegiatan ambisius yang bertujuan untuk mengungkap dan mengangkat kembali potensi alami, keanekaragaman hayati serta kekayaan budaya di Buru yang berkelanjutan. 

Inisiatif ini berupaya mengalihkan fokus dari keuntungan sesaat menuju pembangunan yang menghargai dan melestarikan warisan alam serta budaya Pulau Buru.

Pelepasan Resmi dan Dukungan Komunitas

Pada tanggal 17 September 2025, suasana haru dan semangat menyelimuti aula kantor Bupati Buru di Namlea. 

"Pelepasan hari operasi pelaksanaan eXpedition Buru dilakukan di aula kantor Bupati Buru, Namlea, Kabupaten Buru, Maluku, jam 09.00-11.00 WIT," ungkap Wakil Ketua Umum eXpedition Buru, Darmanto. 

Acara pelepasan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Sekda Kabupaten Buru, Asisten Dua Bupati, Kepala Dinas Kesehatan dan Pariwisata Kabupaten Buru, Koordinator Pos Basarnas Namlea, serta Dandim 1506 Namlea. 

Baca Juga: Langit Maluku Utara Akan Menyala! Saksikan Gerhana Bulan Total Malam Ini

Ekspedisi ini, yang berlangsung dari April hingga Oktober 2025, mencakup serangkaian kegiatan multi-disipliner yang dirancang untuk memberikan dampak maksimal:

  1. Pemanjatan dan Pendataan Tebing Kaku Mahu: Tim telah berhasil menuntaskan pemanjatan tebing Kaku Mahu setinggi 700 meter pada 20 Mei 2025, sebuah prestasi yang juga dimanfaatkan untuk pendataan flora khas di wilayah tebing curam yang belum terjamah.
  2. Penjelajahan Gunung Hutan dan Penelitian Flora di Kapalatmada: Fokus utama kegiatan ini adalah pendataan dan penelitian flora di Gunung Kapalatmada, khususnya mengidentifikasi tumbuhan yang menunjukkan resiliensi terhadap perubahan iklim. Hasil penelitian diharapkan menghasilkan "tulisan-tulisan di jurnal ilmiah, buku pustaka popular 'Biodiversitas Flora Pulau Buru', Buku Pustaka popular 'Merawat Pulau Buru: Flora, Tebing dan Gunung', Risalah Kebijakan; Bank Data strategi Konservasi, Risalah Kebijakan: Rekomendasi Strategi Konservasi', Patent Teknologi Konservasi serta Penamaan Spesies Flora Baru."
  3. Pendataan Sosial Budaya dan Potensi Ekowisata: Tim juga melakukan pendataan sosial budaya dan mengidentifikasi potensi pengembangan ekowisata yang berkelanjutan di Pulau Buru, memberdayakan masyarakat lokal dan memperkenalkan kekayaan budaya Buru kepada dunia.
  4. Sirkumnavigasi Pesisir dengan Kayak Laut: Mengelilingi pesisir Pulau Buru menggunakan kayak laut, tim mendata potensi alam dan budaya maritim. Kegiatan ini menekankan bahwa "pesisir dan laut merupakan bagian utama jati diri bangsa Bahari," memperkuat identitas Indonesia sebagai negara kepulauan.
  5. Rehabilitasi Mangrove: Bekerja sama dengan West Java Conservation Trust Fund (WJCTF) dan berbagai pihak peduli lingkungan, ekspedisi ini melaksanakan penanaman dan perawatan mangrove. Inisiatif ini bertujuan untuk "menjaga kesetimbangan ekosistem alami di wilayah pesisir yang memiliki potensi blue carbon, mengurangi tekanan abrasi serta memperbaiki kualitas air di perairan Buru."
  6. Pelatihan Selam dan Konservasi Terumbu Karang: Melalui pelatihan selam bersertifikat A bagi masyarakat Buru, ekspedisi ini memberdayakan warga untuk aktif dalam penanaman dan pemeliharaan terumbu karang. Selain perbaikan ekosistem, program ini juga "akan mendukung pengembangan pariwisata di perairan Buru."
  7. Program Kesehatan Masyarakat: Menutup rangkaian kegiatan, ekspedisi ini juga mengusung program kesehatan masyarakat yang komprehensif. Program Kesehatan 
    Masyarakat meliputi antara lain pemeriksaan kesehatan warga, operasi katarak, kacamata baca gratis serta dukungan penyediaan air bersih." Kolaborasi lintas sektor ini melibatkan Wanadri, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), BASARNAS, TNI AU, TNI AD, KODAM Pattimura, Dinas Kesehatan Maluku/Buru, serta elemen masyarakat Buru, menunjukkan sinergi kuat untuk kesejahteraan.

Load More