- Hasto tegaskan Hari Tani sebagai momen perjuangan kedaulatan pangan
- PDIP dorong inovasi pertanian dan redistribusi lahan untuk petani
- Kebijakan politik pro-rakyat dinilai kunci atasi kemiskinan petani
Suara.com - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, menegaskan bahwa Hari Tani Nasional merupakan momentum krusial untuk memperjuangkan kedaulatan pangan Indonesia.
Dalam Seminar Nasional "Bumi Lestari, Petani Berdikari, Kembali ke Sawah, Menyemai Masa Depan" yang diselenggarakan Sekolah Partai PDIP, belum lama ini, Hasto menekankan bahwa petani harus menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Hasto menggarisbawahi pentingnya pangan sebagai isu kemanusiaan dan kedaulatan bangsa.
Ia mengingatkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman pangan yang melimpah, namun kerap abai dalam pengelolaannya.
"Data internasional mencatat lebih dari 725 juta penduduk dunia menderita kekurangan gizi. Jika bangsa ini kembali pada kekuatan lokal dan keanekaragaman pangan, Indonesia dapat berkontribusi besar bagi kemanusiaan dunia," kata Hasto.
Dalam pidatonya, Hasto juga menyampaikan apresiasi kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri atas konsistensinya dalam memperjuangkan kedaulatan pangan dari hulu hingga hilir.
Bahkan, ia menilai Presiden Prabowo Subianto memiliki perhatian yang serupa terhadap isu pangan nasional.
"Ibu Megawati sebagai Presiden Kelima RI adalah pemimpin yang paling konsisten bicara soal benih dan pangan. Beliau menegaskan pentingnya Indonesia berdaulat di bidang pangan," tegasnya.
PDIP juga mendorong inovasi di sektor pertanian, dengan Hasto mencontohkan keberhasilan Bupati Ngawi Ony Anwar dalam mengembangkan pertanian organik.
Baca Juga: DPRD Dorong Pasar Jaya Bangun Hunian di Atas Pasar untuk Atasi Krisis Perumahan Jakarta
Ia juga menyoroti pentingnya pupuk cair ramah lingkungan dan hasil riset yang langsung dapat dimanfaatkan petani.
"Temuan teknologi tepat guna harus menjawab kebutuhan rakyat. Jangan sampai intelektual hanya menjadi sarjana menara gading, melainkan harus membumi," katanya.
Salah satu persoalan mendasar yang disoroti Hasto adalah kepemilikan lahan petani.
Ia mengungkapkan bahwa sebagian besar petani Indonesia tidak memiliki lahan sendiri, padahal untuk mencapai kesejahteraan, petani idealnya memiliki minimal 1,5 hektare dengan potensi penghasilan sekitar Rp 7,5 hingga Rp 10 juta per bulan.
"Dari 40 petani yang kami temui pagi tadi di Bekasi, tak satu pun memiliki lahan," ungkap Hasto.
PDIP mendorong konsolidasi lahan dan redistribusi tanah sesuai amanat Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.
Hasto menekankan bahwa problem klasik petani, seperti akses solar untuk pompa air dan perebutan sumber air saat kemarau, hanya bisa diatasi melalui kebijakan politik yang berpihak pada rakyat kecil.
"Hari Tani adalah momentum progresif. Perubahan struktural terhadap kemiskinan petani hanya bisa dilakukan lewat kebijakan politik yang berpihak," ucapnya.
Hasto menegaskan, kedaulatan pangan hanya akan terwujud apabila seluruh elemen bangsa, termasuk kepala daerah dan struktur partai, turun langsung untuk menyelesaikan persoalan rakyat.
"Jika semangat ini konsisten dijalankan, kita akan mampu berdaulat di bidang pangan dan menyongsong masa depan yang lebih cerah," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Demo Hari Tani Nasional di Jakarta Dijaga Ketat Ribuan Aparat, Massa Dilarang Lakukan Hal-hal Ini
-
Pengalihan Rute Lalu Lintas Jakarta Imbas Demo Hari Tani Nasional Hari Ini
-
10 Twibbon Hari Tani Nasional: Keren dan Inspiratif, Langsung Pasang di Foto
-
Jokowi Perintahkan Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode, Puan 'Sentil' Balik: Pemilu Masih Jauh!
-
'Pulau Sawit Melambai': AGRA Sebut Ekspansi Kelapa Sawit Hancurkan Indonesia
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
Pilihan
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
Terkini
-
Di BAP Sebut Patok Berada di Kawasan PT WKM, Saksi Berkelit, OC Kaligis: Ini Banyak Keterangan Palsu
-
KPK Siap Bantu Menkeu Purbaya Kejar 200 Pengemplang Pajak yang Tagihannya Mencapai Rp 60 Triliun
-
Sidang Patok Ilegal, Hakim Cecar Saksi: Siapa Sebenarnya yang Tak Boleh Ada di Lokasi?
-
DPRD Dorong Pasar Jaya Bangun Hunian di Atas Pasar untuk Atasi Krisis Perumahan Jakarta
-
DPR Tunggu Hasil Komisi Reformasi, Substansi RUU Polri Belum Final
-
SPI: Tanpa Reforma Agraria, Program Prabowo Bisa Jadi 'Beban Negara'
-
Game Changer! DPR 'Ketok Palu' Bentuk Pansus Khusus Selesaikan Konflik Agraria
-
Usut Korupsi Chromebook, Kejagung Periksa Menpan RB Azwar Anas
-
DPR Bahas Revisi UU BUMN, Dasco Ungkap Wacana Kementerian BUMN Jadi Badan
-
Tak Terima Hendak Ditinggal, Suami di Kebon Jeruk Jerat Leher Istri Pakai Tali Tas Hingga Tewas