News / Nasional
Kamis, 02 Oktober 2025 | 14:32 WIB
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Balai Senat UGM, Rabu (1/10/2025). (dok.Istimewa)
Baca 10 detik
  • Megawati Soekarnoputri secara terbuka meminta pemerintah tidak memotong anggaran riset BRIN 
  • Megawati bersama Rektor UGM menanam pohon bodhi yang memiliki makna filosofis
  • Kepala BRIN memastikan tidak ada penelitian yang tertunda akibat efisiensi dan anggaran riset untuk tahun depan telah kembali normal

Suara.com - Suasana akademis di Universitas Gadjah Mada (UGM) mendadak memanas saat Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, mengungkap pernyataan lamanya soal efisiensi anggaran. Di balik momen simbolis menanam pohon bodhi, Ketua Dewan Pengarah BRIN ini secara blak-blakan meminta agar anggaran untuk penelitian tidak lagi dipangkas.

Dalam lokakarya "Pengelolaan Biodiversitas dan Penguatan HKI untuk Masa Depan Berkelanjutan" di Balai Senat UGM, Rabu (1/10/2025), Megawati tak ragu mengungkap perdebatan lamanya dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait efisiensi anggaran.

"Kalau untuk BRIN saya bilang, tolong untuk research jangan (dipotong) lho," kata Megawati sebagaimana dilansir Antara.

Ia mengenang momen saat kebijakan penghematan anggaran diterapkan secara menyeluruh, yang menurutnya tidak tepat jika diberlakukan untuk sektor penelitian yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan.

"Ketika ada penghematan, waktu itu menterinya masih Ibu Ani (Sri Mulyani). Saya sudah ngomong, kalau penghematan itu masa segalanya dipotong," ujar Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut.

Megawati mengibaratkan penelitian seperti proyek multi-tahap yang akan sia-sia jika dihentikan di tengah jalan hanya karena alasan pemotongan anggaran. Menurutnya, hal itu sama saja dengan membuang semua investasi yang telah dikeluarkan pada tahap-tahap awal.

"Umpamanya, sudah mau tiga tahap, baru satu menuju kedua. Kalau menuju (tahap) kedua itu sudah mulai oke, terus tahu-tahu karena sepertinya enggak ada uangnya, diberhentikan. Tidak tahu penelitiannya mana, nah itulah saya ngomong," jelasnya.

Pernyataan keras ini dilontarkan sesaat setelah Megawati melakukan prosesi penanaman pohon bodhi (Ficus religiosa) di halaman Balairung UGM. Mengenakan kemeja bergaris merah putih, ia bersama Rektor UGM Prof Ova Emilia secara simbolis menanam pohon yang memiliki makna filosofis mendalam tersebut.

Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menjelaskan bahwa pemilihan pohon bodhi bukan tanpa alasan. Pohon ini memiliki nilai spiritual dan ekologis yang sangat tinggi.

Baca Juga: Roy Suryo Sindir Keras Acara UGM yang Dihadiri Menteri Sepi Peminat: Ini Karma Bela Ijazah Jokowi!

"Pohon ini spesial. Dalam sejarah, Buddha Gautama mencapai pencerahan di bawah pohon bodhi. Bagi umat Hindu juga dianggap sebagai representasi dewa," ujar Sigit.

Secara ekologis, pohon bodhi adalah penyerap karbon yang andal dan mampu tumbuh cepat, menjadikannya sangat relevan dalam konteks mitigasi perubahan iklim. "Umurnya bisa mencapai ratusan tahun, akarnya kuat, tajuknya besar, sehingga memberikan perlindungan dan manfaat yang luas," tuturnya.

Menanggapi kekhawatiran Megawati, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko memastikan bahwa tidak ada penelitian yang tertunda akibat efisiensi anggaran. Ia menjamin bahwa anggaran untuk tahun depan sudah kembali normal.

"Kalau BRIN insya Allah tahun depan anggaran kami sudah kembali normal. Karena kami kemarin mendapatkan alokasi tambahan," kata Handoko, seraya menambahkan bahwa efisiensi hanya menyasar biaya operasional, bukan kegiatan riset inti.

Sementara itu, Rektor UGM Prof. Ova Emilia menegaskan komitmen UGM untuk terus bersinergi dengan BRIN dalam memperkuat ekosistem riset biodiversitas di Indonesia. "Melalui kolaborasi ini, UGM ingin memperkuat ekosistem riset biodiversitas agar hasilnya dapat berdampak nyata bagi pembangunan berkelanjutan," ujar Ova.

Load More