News / Nasional
Jum'at, 10 Oktober 2025 | 10:57 WIB
Presiden ke-7 Jokowi kaget dengan kedatangan pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki Sukoharjo Ustad Abu Bakar Ba'asyir ke kediamannya di Jalan Kutai Utara 1 Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Senin (29/9/2025). [Suara.com/Ari Welianto]
Baca 10 detik
  • Radjasa membenarkan bahwa pertemuan Ba’asyir dengan mantan Presiden Jokowi, merupakan inisiatif dari Ba’asyir.
  • Ia mengatakan kedatangan ini bertujuan untuk menegur Jokowi, bukan untuk memberikan dukungan.
  • Radjasa mengungkap dugaan adanya kesengajaan dari pihak Jokowi.

Suara.com - Mantan Anggota Badan Intelijen Negara (BIN), Kolonel Inf (purn) Sri Radjasa Chandra, mengatakan pertemuan antara Presiden ke-7 RI Joko Widodo dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, sengaja direkayasa pihak Jokowi untuk mendapatkan dukungan kultural dan memperbaiki citra.

Melalui podcast kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP, Radjasa membenarkan bahwa pertemuan Ba’asyir dengan mantan Presiden Jokowi, merupakan inisiatif dari Ba’asyir.

“Memang benar kedatangan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir itu atas inisiatif Abu Bakar Ba’asyir,” jelas Radjasa.

Adapun kedatangan ini bertujuan untuk menegur Jokowi, bukan untuk memberikan dukungan.

“Dia (Ba’asyir) melihat bahwa ada yang melampaui batas, yang dilakukan oleh Jokowi, sebagai ulama dia berkewajiban untuk menegur,” tegas Radjasa, dikutip Jumat (10/10/2025).

Namun, Radjasa mengungkap dugaan adanya kesengajaan dari pihak Jokowi, merekayasa pertemuan tersebut, untuk membangun narasi yang berbeda.

Menurut informasi yang ia terima, Ba’asyir yang datang pada waktu itu, sempat diminta untuk menunggu oleh staf Jokowi, dengan dalih bahwa Presiden ke-7 sedang tidak berada di rumah.

“Informasi yang saya dapat, dia (Jokowi) ada di rumah, cuma dia minta waktu sampai jam 1 agar mendesain pertemuan ini untuk kepentingan Jokowi, untuk kepentingan media,” papar Radjasa, mengungkap fakta sebaliknya, mengenai keberadaan sang mantan presiden.

Akibatnya, dengan gaya yang didramatisir, ujar Radjasa, Jokowi berhasil membentuk narasi yang terkesan bahwa kedatangan Ba’asyir, pertanda adanya sebuah dukungan dan sandaran kultural.

Baca Juga: Sambangi Makam Keluarga Jokowi: Refly dan Dokter Tifa Ungkap Kejanggalan Silsilah Keluarga Presiden

“Sehingga terkesan ada sandaran kultural yang diberikan kepada Jokowi, di tengah dia sedang kehilangan dukungan dari kelompok politik yang formal,” tambahnya.

Lebih lanjut, Radjasa menggunakan istilah “ulama trafficking” untuk menggambarkan bagaimana Jokowi seolah-olah “menjual” figur ulama dengan fabrikasi narasi tersebut.

“Itu teguran. Kemudian difabrikasi lah pertemuan itu seakan-akan kedatangan Abu Bakar Ba’asyir semacam bentuk support kepada Jokowi yang selama ini teraniaya,” tutupnya.

Seraya mengamini saat moderator menanyakan adanya unsur pencitraan dari pihak Jokowi, dalam pertemuan kedua tokoh tersebut.

Reporter : Nur Saylil Inayah

Load More