News / Nasional
Kamis, 16 Oktober 2025 | 15:03 WIB
Mantan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di podcast Abraham Samad. (Tangkapan layar/Youtube)
Baca 10 detik
  • Mantan pimpinan KPK, Saut Situmorang, menyoroti dampak negatif isu ijazah Jokowi yang memicu tren di TikTok di kalangan anak muda yang meremehkan pentingnya sekolah
  • Saut menyayangkan minimnya dukungan publik terhadap tokoh-tokoh seperti Roy Suryo yang berusaha membongkar dugaan ijazah palsu tersebut
  • Ia mengaitkan polemik ijazah ini dengan masalah integritas yang lebih luas di kalangan pejabat, termasuk menyindir proses naiknya Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden

Suara.com - Mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang, melontarkan kritik tajam terkait polemik ijazah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tak kunjung usai. Menurutnya, isu yang dibiarkan berlarut-larut ini telah meracuni pola pikir generasi muda, yang ia lihat dari tren mengkhawatirkan di media sosial TikTok.

Saut mengungkapkan bahwa narasi yang berkembang akibat ketidakjelasan kasus ini telah menciptakan preseden buruk bagi dunia pendidikan dan cita-cita anak bangsa. Ia menyoroti konten-konten yang meremehkan pentingnya sekolah, dengan menjadikan status presiden sebagai contoh.

"Di TikTok sekarang anak-anak bilang "Untuk apa sekolah, nggak sekolah saja bisa menjadi presiden". Bahaya nggak tuh," kata Saut dikutip dari tayangan di kanal Youtube Official iNews, Kamis (16/10/2025).

Bagi Saut, fenomena ini adalah bukti nyata bahwa kasus ijazah Jokowi harus segera diselesaikan secara tuntas dan transparan. Ia berpendapat, penyelesaian ini krusial agar sejarah perjalanan bangsa tidak tercoreng oleh keraguan dan ketidakpastian.

Di tengah kegelisahannya, Saut juga menyayangkan sikap publik yang terkesan acuh. Ia merasa para tokoh yang berjuang untuk membuktikan dugaan ijazah palsu, seperti Roy Suryo hingga Dokter Tifa, bergerak dengan dukungan yang sangat minim dari masyarakat luas.

"Saya melihat Roy Suryo, Rismon Sianipar, Michael Sinaga, Dokter Tifa, Bonatua Silalahi minim dukungan. Padahal ada 285 juta rakyat," sesal Saut.

Lebih jauh, Saut Situmorang mengaitkan isu integritas ini dengan fenomena politik yang lebih luas, termasuk soal naiknya Gibran Rakabuming Raka ke kursi wakil presiden. Ia menilai ada tren di kalangan pejabat yang kerap berbicara muluk tanpa didasari oleh integritas yang kokoh.

"Kebohongan, penipuan, mendukung orang yang tidak berintegritas. Anak belum cukup umur jadi wapres (Gibran Rakabuming Raka), itu ngikut," tegas Saut.

Polemik ini sendiri terus dihidupkan oleh pakar telematika Roy Suryo, yang mengklaim telah menemukan bukti kuat setelah membandingkan dua salinan ijazah Jokowi dari KPU Pusat dan KPU DKI Jakarta. Temuan tersebut semakin memperkuat dugaannya bahwa ijazah alumni Fakultas Kehutanan UGM itu palsu.

Baca Juga: Eks Komisioner KPK: Tak Ada Keraguan Dugaan Ijazah Jokowi Palsu, Potensinya Besar

Load More