- Rocky menyoroti para pejabat yang mulai menunjukkan kenikmatan untuk dipuji.
- Dua alat yang Rocky katakan dimanfaatkan para elit untuk mencapai popularitas tersebut, yaitu lembaga survei dan buzzer.
- Menurutnya survei dijadikan alat pamer dukungan, namun tanpa adanya penjelasan mengenai arah ideologi yang dibawa.
Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung melontarkan kritik pada perilaku elit politik yang memanfaatkan buzzer dan lembaga survei untuk mendukung popularitas.
Menurutnya, praktik yang ia sebut sebagai “popularisme tanpa ideologi” ini mengakibatkan pendangkalan wacana publik.
Melalui kanal YouTube Rocky Gerung Official, Rocky menyoroti para pejabat yang mulai menunjukkan kenikmatan untuk dipuji. Baginya, hal ini merupakan gejala “pemalsuan diri” dari para elit politik.
“Beberapa tokoh mulai memperlihatkan kenikmatan untuk dipuji, tampil di publik hanya untuk membujuk semacam demagogi publik, untuk mengatakan bahwa saya yang nanti akan mampu membuktikan bahwa harapan Indonesia maju,” jelas Rocky dikutip pada Rabu (22/10/2025).
Rocky menganggap, gejala ini jauh lebih berbahaya, dibandingkan hanya menghitung prestasi atau kegagalan pemerintah dalam satu tahun.
Adapun dua alat yang Rocky katakan dimanfaatkan para elit untuk mencapai popularitas tersebut, yaitu lembaga survei dan buzzer.
“Tiba-tiba puji-memuji antara si tokoh yang baru muncul, yang berupaya untuk meraih popularitas dengan menyewa begitu banyak buzzer, sehingga setiap hari ada di media sosial,” kata dia.
Sedangkan survei, dijadikan alat pamer dukungan, namun tanpa adanya penjelasan mengenai arah ideologi yang dibawa.
“Kita lihat bagaimana orang memamerkan dukungan surveinya, tetapi nggak jelas ideologinya apa. Dia mau bawa Indonesia ke arah sistem sosialis atau tengah-tengah,” kritik Rocky.
Baca Juga: Rocky Gerung: Bukti dari KPU Justru Perkuat Ijazah Jokowi Palsu, 'Dinasti Solo' Makin Terkepung
Lebih lanjut, ia menyebut kejadian ini sebagai “popularisme tanpa ideologi”. Akibatnya terjadi pendangkalan wacana publik.
Ia juga menilai hal ini sekaligus sebagai penanda bahwa masyarakat semakin tidak kritis terhadap tipu daya elite.
“Karena mulai terjadi semacam pendangkalan wacana publik. Itu penanda bahwa masyarakat kita makin tidak kritis dengan tipu daya elit,” tegasnya.
Sebagai contoh nyata, Rocky mengingatkan pada era Presiden Joko Widodo. Menurutnya, saat itu tak sedikit masyarakat yang terpukau dengan narasi “rakyat kecil” yang menjadi pemimpin, padahal citra tersebut justru menutupi cara kepemimpinan Jokowi yang sesungguhnya.
“Yang pernah kita pelajari di zaman Pak Jokowi, begitu banyak orang yang terpukau, lalu memuji-muji bahwa seorang rakyat kecil akhirnya bisa tampil sebagai pemimpin. Padahal di dalam aspek psikologi kepemimpinan Presiden Jokowi bukan rakyat kecil, metode memerintah seperti raja,” ujar Rocky.
Reporter : Nur Saylil Inayah
Berita Terkait
-
Rocky Gerung Kritik Lembaga Survei: Yang Harus Dievaluasi Bukan Presiden, Tapi Metodologinya!
-
Sebut Kasus Kepsek SMAN 1 Cimarga Aniaya Murid Merokok Unik, Rocky Gerung Bilang Begini
-
Ungkap Dugaan Alasan Pertemuan Mendadak Prabowo dan Jokowi, Rocky Gerung: Bukan Sekadar Rindu
-
Rocky Gerung Curiga Motif Jokowi Temui Prabowo karena Gelisah, Berkaitan Nasib Gibran dan Bobby?
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
Terkini
-
Belum Ada Laporan soal Dugaan Penghinaan Bahlil Lahadalia, Polda Metro Jaya: Baru Tahap Konsultasi
-
Pramono Anung: Dikotomi Pesantren Tak Relevan! Kontribusi Santri Tak Terbantahkan
-
Buntut Olok-olok di Grup Chat, Mahasiswa FK Unud Pembully Timothy Anugerah Tak Bisa Ikut Koas!
-
Tragedi Udayana: Mahasiswa Tewas Lompat dari Lantai 4, Chat Olok-olok BEM Viral Jadi Sorotan
-
KPK Serahkan Tersangka Suap Izin Tambang Rudy Ong ke Jaksa Penuntut Umum
-
Menhan Sjafrie Bertemu Surya Paloh dan Petinggi PKS, Sinyal Konsolidasi Politik Presiden?
-
Viral! Suami di Aceh Ceraikan Istri 2 Hari Jelang Dilantik PPPK, Baju Dinas Dibeli dari Jual Cabai
-
Sambangi KPK, Gubernur Malut Sherly Tjoanda: Mau Konsultasi
-
Bongkar Ladang Ilegal di Hutan, TNI Temukan 740 Pohon Ganja di Pegunungan Bintang Papua
-
Pramono Anung Pastikan Pergub Larangan Konsumsi Daging Anjing dan Kucing Terbit Bulan Depan