Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung melontarkan kritik tajam terhadap peran lembaga survei dan penggunaan statistik yang dinilainya justru membentuk opini publik secara keliru.
Menurut Rocky, alih-alih terus mengevaluasi pemerintahan Presiden ke-8 Prabowo Subianto, publik seharusnya menyoroti metodologi lembaga survei yang disebutnya “kosong dari idealisme.”
“Ngapain kita evaluasi Presiden Prabowo? Yang mestinya dievaluasi adalah metodologi dari lembaga survei yang kosong dari idealisme,” ujar Rocky dalam Kuliah Terbuka bertajuk “Menguji Republikanisme di Indonesia” di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Rocky menilai, berbagai metodologi survei yang digunakan saat ini gagal memasukkan prinsip kesosialan manusia sebagai bagian penting dalam riset sosial.
“Macam-macam survei itu tidak ada satu pun yang menguji prinsip kesosialan manusia dalam metodologinya,” tegasnya.
Akibatnya, lanjut Rocky, persoalan bangsa yang seharusnya bersifat ideologis justru direduksi menjadi sekadar persoalan matematis. Opini publik, kata dia, seolah-olah bisa dibentuk dan dikendalikan lewat angka-angka statistik.
“Semua ide yang kita investasikan di awal kemerdekaan untuk menghasilkan republik seharusnya disimpan sebagai problem ideologis, bukan problem matematis. Akibatnya, opini publik dipaksakan dari atas,” ungkapnya.
Kritik Rocky terhadap lembaga survei itu berawal dari pembahasannya mengenai data ekonomi yang menunjukkan rata-rata tabungan masyarakat Indonesia kini hanya tersisa sekitar Rp1 juta. Ia mengaitkan kondisi tersebut dengan pergeseran dari market economy (ekonomi pasar) yang berorientasi pada efisiensi menuju market society (masyarakat pasar) yang didominasi logika pasar dalam hampir semua aspek kehidupan.
“Kita mengalami market society yang dihasilkan dari sumbu market economy. Awalnya ekonomi pasar mendukung efisiensi, tapi kini berubah menjadi masyarakat pasar,” jelasnya.
Baca Juga: Rocky Gerung Curiga Motif Jokowi Temui Prabowo karena Gelisah, Berkaitan Nasib Gibran dan Bobby?
Menurut Rocky, kondisi ini membuat masyarakat Indonesia kehilangan kemampuan untuk menilai nasibnya sendiri karena terbuai oleh “sensasi statistik”.
“Penelitian-penelitian dasar hanya menghasilkan sensasi statistik. Seolah-olah dengan angka-angka pertumbuhan ekonomi, keadaan sosial bisa langsung diputar. Padahal masyarakat justru kehilangan daya kritis untuk menguji nasibnya sendiri,” katanya.
Menutup pemaparannya, Rocky mengajak publik untuk bersikap lebih kritis terhadap lembaga survei yang selama ini menjadi rujukan utama dalam membaca situasi sosial dan politik.
“Teman-teman di sini harus mulai mengevaluasi mereka yang selama ini mengevaluasi kita. Kita yang seharusnya mengevaluasi lembaga survei dan para pembentuk opini publik,” tutupnya.
Reporter : Nur Saylil Inayah
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
KPK Dalami Penganggaran dan Pengadaan Asam Formiat dalam Kasus Korupsi Pengolahan Karet Kementan
-
Jabodetabek Darurat Lingkungan, Menteri LH: Semua Sungai Tercemar!
-
Fadli Zon Umumkan Buku Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Rilis Tanggal 14 Desember!
-
Murid SMP Kena Bully Gegara Salah Kirim Stiker, Menteri PPPA Soroti Kondisi Korban
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Bukan Lagi Isu, Hujan Mikroplastik Resmi Mengguyur Jakarta dan Sekitarnya
-
Heboh Dugaan Korupsi Rp237 M, Aliansi Santri Nusantara Desak KPK-Kejagung Tangkap Gus Yazid
-
Terungkap di Rekonstruksi! Ini Ucapan Pilu Suami Setelah Kelaminnya Dipotong Istri di Jakbar
-
Kena 'PHP' Pemerintah? KPK Bongkar Janji Palsu Pencabutan Izin Tambang Raja Ampat
-
Ketua DPD RI Serahkan Bantuan Alsintan dan Benih Jagung, Dorong Ketahanan Pangan di Padang Jaya