News / Nasional
Kamis, 20 November 2025 | 15:37 WIB
Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid. (Suara.com/Lilis)
Baca 10 detik
  • Menteri Kominfo Meutya Hafid menyatakan anak-anak rentan jadi korban penipuan belanja online berdasarkan penilaian risiko platform digital.
  • Fenomena ini terungkap saat Festival Anak Sedunia di Jakarta, Kamis (20/11/2025), akibat keterbatasan verifikasi anak.
  • Pemerintah mendesak platform memperketat keamanan, verifikasi penjual, dan transparansi demi perlindungan konsumen anak.

Suara.com - Sebuah fakta mengkhawatirkan terungkap dari pemerintah terkait aktivitas anak di dunia maya. Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid secara terbuka menyatakan bahwa anak-anak kini menjadi salah satu kelompok paling rentan dan sering menjadi korban penipuan saat melakukan transaksi belanja online.

Temuan ini bukan isapan jempol semata, melainkan hasil dari proses penilaian profil risiko platform digital yang sedang digalakkan pemerintah.

Salah satu fokus utama pengawasan adalah bagaimana sebuah platform digital mengelola interaksi antar pengguna, terutama potensi eksploitasi terhadap konsumen di bawah umur.

Dalam acara Festival Anak Sedunia di Jakarta, Kamis (20/11/2025), Meutya Hafid membeberkan langsung pengalaman yang banyak diadukan oleh anak-anak. Menurutnya, alih-alih mendapatkan barang impian, banyak dari mereka justru tertipu.

"Anak-anak juga ternyata banyak yang sekarang melakukan pembelanjaan online. Dan salah satu suara terbanyak yang diberikan masukan oleh anak-anak waktu itu ketika kita tanya pengalamannya adalah banyak yang kena penipuan," kata Meutya.

Menurut Meutya, kerentanan ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan anak dalam melakukan verifikasi.

Polosnya pemikiran mereka membuat para penipu dengan mudah mengelabui mereka dengan gambar produk yang menarik namun tidak sesuai dengan kenyataan.

“Anak-anak belum bisa membedakan mana yang betul, mana yang salah. Barang aslinya kadang berbeda dengan yang datang,” katanya.

Lebih lanjut, Meutya menegaskan bahwa masalah ini bukanlah sekadar soal ketidaktelitian anak, melainkan cerminan dari celah keamanan dalam ekosistem digital yang lebih besar.

Baca Juga: Komdigi Kaji Rencana Verifikasi Usia via Kamera di Roblox, Soroti Risiko Privasi Data Anak

Eksploitasi konsumen melalui penipuan belanja online ini bahkan masuk dalam tujuh risiko utama yang menjadi bahan evaluasi pemerintah terhadap keamanan platform digital.

“Saya rasa ini tidak spesifik anak-anak, tapi terutama anak-anak itu lebih rentan untuk mendapatkan eksploitasi seperti itu,” tegasnya.

Dengan terungkapnya fenomena ini, desakan agar platform e-commerce dan media sosial memperketat mekanisme perlindungan konsumen menjadi semakin kuat.

Pemerintah kini mendorong adanya sistem verifikasi penjual yang lebih ketat, transparansi informasi produk yang jelas, serta fitur perlindungan tambahan yang dirancang khusus untuk pengguna anak.

Kementerian Komunikasi dan Digital memastikan bahwa perlindungan anak di ruang siber adalah prioritas utama.

Pemerintah akan terus menilai ulang standar keamanan platform untuk memastikan tidak ada lagi anak yang dirugikan dan menjadi korban eksploitasi saat berbelanja online.

Load More