- Kesepakatan COP30 gagal memasukkan penghentian bahan bakar fosil, bahkan menghapus frasa transisi menjauh dari dokumen akhir.
- Negara berkembang berhasil meningkatkan dana bantuan adaptasi iklim dari negara maju menjadi sekitar US$120 miliar per tahun pada 2035.
- Isu perdagangan dimasukkan dalam agenda iklim untuk pertama kalinya, bersamaan peluncuran dana investasi untuk hutan tropis.
Suara.com - Setelah dua minggu penuh drama, dari demo anarkis, ruang rapat yang kebakaran, sampai negosiasi alot sampai tengah malam, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB ke-30 atau COP30 di Belem, Brasil, akhirnya resmi ditutup.
Jadi, apa sih hasilnya? Apakah para pemimpin dunia ini berhasil menciptakan sebuah kesepakatan ajaib untuk menyelamatkan planet? Atau lagi-lagi, ini cuma "kumpul-kumpul" tanpa hasil yang jelas?
Biar kamu nggak pusing baca dokumen yang tebalnya ratusan halaman, ini dia lima poin penting dari rapor akhir COP30.
1. Gagal Total soal 'Musuh Utama': Bahan Bakar Fosil Cuma 'Disentil' Halus
Ini adalah kegagalan terbesar dari COP30. Isu paling krusial, yaitu soal penghentian penggunaan bahan bakar fosil (batu bara, minyak, gas), ternyata cuma "disentil" halus. Frasa penting "transisi menjauh dari bahan bakar fosil" yang susah payah disepakati di KTT sebelumnya (COP28), kini justru dihapus dari kesepakatan akhir.
Alasannya? Dianggap terlalu sensitif secara politik. Padahal, lebih dari 80 negara sudah mendorong adanya roadmap yang jelas untuk "memensiunkan" energi kotor ini. Tapi usulan itu gagal total.
2. Kemenangan Kecil Buat Negara Berkembang: Duit Bantuan 'Di-upgrade'
Di tengah kekecewaan soal fosil, ada sedikit kabar baik, terutama buat negara-negara berkembang dan miskin (termasuk kita!). Mereka berhasil "memaksa" negara-negara maju untuk melipatgandakan dana bantuan adaptasi iklim pada tahun 2035.
Selama ini, duit bantuan dari negara kaya lebih banyak dipakai buat proyek penurunan emisi (mitigasi). Padahal, negara-negara miskin lebih butuh duit buat adaptasi, misalnya buat membangun tanggul laut atau sistem peringatan dini bencana. Dengan kesepakatan baru ini, diharapkan setidaknya US$120 miliar per tahun bakal dialokasikan khusus untuk adaptasi.
Baca Juga: Garis Pertahanan Terakhir Gagal? Batas 1,5C Akan Terlampaui, Krisis Iklim Makin Gawat
3. Isu Perdagangan Akhirnya Masuk 'Kurikulum' Iklim
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, isu perdagangan resmi dimasukkan ke dalam agenda iklim. Kenapa ini penting? Karena negara-negara berkembang khawatir kebijakan iklim negara maju, seperti "pajak karbon", justru akan merugikan ekspor mereka dan menghambat akses ke teknologi hijau. Dengan dibukanya dialog khusus ini, diharapkan kebijakan perdagangan ke depannya bisa lebih adil.
4. 'Celengan Raksasa' Buat Hutan Tropis (Termasuk Indonesia!)
Tuan rumah Brasil memanfaatkan panggung ini untuk meluncurkan sebuah "celengan raksasa" bernama Tropical Forests Forever Facility (TFFF). Ini adalah skema investasi global yang akan "menggaji" negara-negara yang berhasil menjaga hutan tropisnya.
Program yang diperkenalkan langsung oleh Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dan telah menarik komitmen awal sebesar US$5,5 miliar dari Norwegia, Jerman, Indonesia, Prancis, dan Brasil. TFFF menargetkan pengumpulan dana hingga US$125 miliar dari sumber publik maupun swasta.
5. Tujuh Negara 'Sultan' Janji 'Bersihkan' Emisi Metana
Berita Terkait
-
9 Penyakit 'Calon Pandemi' yang Diwaspadai WHO, Salah Satunya Pernah Kita Hadapi
-
Pemerintah Dorong Keterlibatan Anak Menjaga Bumi Atasi Krisis Iklim
-
Kejutan di COP30: Delegasi Negara Bahas Pengaruh Fandom K-Pop dalam Diplomasi Iklim
-
Negosiasi Panas Krisis Iklim Kandas Gegara Kebakaran di Dapur COP30, Apa Penyebabnya?
-
Eco-Anxiety Bukan Penyakit: Saat Kecemasan Iklim Menggerakkan Perubahan
Terpopuler
- 6 Mobil Terbaik untuk Lansia: Fitur Canggih, Keamanan dan Kenyamanan Optimal
- 10 Mobil Mini Bekas 50 Jutaan untuk Anak Muda, Sporty dan Mudah Dikendarai
- 5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah yang Cocok untuk Multitasking dan Berbagai Kebutuhan
- 6 Motor Paling Nyaman untuk Boncengan, Cocok buat Jalan Jauh Maupun Harian
- Jesus Casas dan Timur Kapadze Terancam Didepak dari Bursa Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
Peradi SAI Soal KUHAP Baru: Polisi-Jaksa akan Lebih Profesional, Advokat Tak Lagi Jadi 'Penonton'
-
Tetapkan 3 Titik Berat Pengamanan, Menhan Sjafrie Ungkap Strategi 'Smart Approach' di Papua
-
Cak Imin Bicara soal Isu Pemakzulan di PBNU Usai Rapat, Nusron Wahid: Doakan Badai Cepat Berlalu
-
Tangisan Rindu pada Kakek Berujung Maut, Alvaro Tewas Disumpal Handuk oleh Ayah Tiri
-
Isu Pemakzulan Gus Yahya Menguat, Begini Reaksi Nusron Wahid Soal Polemik Internal PBNU
-
PDIP Lawan Politik Uang, Hasto Kristiyanto: Gerakkan Anak Muda dan Bangun Visi Samudra
-
Lima Petani Pino Raya Luka Berat Diduga Ditembak Keamanan Perusahaan Sawit! Begini Kronologinya
-
Ayah Tiri Dalang di Balik Pembunuhan Bocah 6 Tahun di Pesanggrahan, Ternyata ini Motifnya
-
Benarkan Alex Tewas di Tahanan, Kapolres Jaksel: Lebih Jelasnya Nanti Malam
-
KPK Ungkap 16 Kapal Hasil Akuisisi ASDP Masih Mangkrak di Galangan, Rugikan Perusahaan