- LPBH PBNU menyanggah pandangan Gus Nadir bahwa marwah NU ada di tangan Syuriah karena dianggap tidak komprehensif.
- Sekretaris LPBH mengkritik keputusan Syuriah memakzulkan Ketua Umum Gus Yahya dinilai melanggar prosedur AD/ART.
- Kiai sepuh telah mengadakan forum di Lirboyo dan Tebuireng untuk menjembatani isu krusial mengenai dinamika internal PBNU.
Suara.com - Eskalasi konflik internal di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kian meruncing dan terbuka. Kali ini, kritik tajam datang dari salah satu lembaga resmi PBNU yang menyasar pernyataan akademisi NU, Nadirsyah Hosen, yang akrab disapa Gus Nadir.
Pernyataan Gus Nadir yang menyebut bahwa marwah organisasi NU mutlak berada di tangan Syuriah yang dipimpin Rais Aam, dianggap sebagai pandangan yang tidak komprehensif.
Adalah Sekretaris Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) PBNU, Abdul Hakam Aqsho, yang melontarkan sanggahan keras.
Menurutnya, pandangan tersebut berbahaya karena berpotensi menggiring opini publik tanpa melihat duduk perkara yang sesungguhnya, terutama terkait upaya pemakzulan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
Hakam menilai, Nadirsyah gagal memahami dinamika PBNU saat ini secara komprehensif dan kritis karena cenderung menganalisa persoalan ini tanpa data yang objektif.
Menurutnya, menempatkan marwah organisasi secara buta pada satu institusi tanpa melihat tindakannya adalah sebuah kekeliruan nalar.
“Kita tahu keputusan Syuriah yang memakzulkan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf sangat serampangan karena melanggar banyak prosedur organisasi dan jauh dari nilai-nilai yang dipegang teguh oleh kiai NU selama ini. Lalu marwah seperti apa yang mereka akan tunjukkan jika mengarah ke kehancuran NU?” kata Hakam, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (8/12/2025).
Hakam mengaku heran dengan berbagai manuver yang terjadi belakangan ini. Ia menegaskan bahwa upaya pelengseran Gus Yahya dari kursi Ketua Umum PBNU sangat kental dengan nuansa pemaksaan dan memiliki landasan prosedural yang sangat lemah.
Secara rinci, Hakam membeberkan setidaknya ada tiga kesalahan fatal dalam proses yang dijalankan oleh Syuriah.
Baca Juga: Idrus Marham Usul Muktamar PBNU Dipercepat ke Mei 2026 demi Akhiri Konflik
Pertama, keputusan yang diambil dalam rapat harian syuriah di Jakarta pada 20 November lalu bukanlah keputusan rapat pleno yang lengkap dan representatif.
Kedua, proses tersebut sama sekali tidak membuka ruang untuk verifikasi dokumen dan tidak memberikan kesempatan klarifikasi atau tabayyun kepada Gus Yahya atas berbagai tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Ketiga, dan yang paling fundamental, upaya pemakzulan tersebut dinilai tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU sebagai konstitusi tertinggi organisasi.
Kekisruhan ini, lanjutnya, telah memantik keprihatinan mendalam dari para kiai sepuh NU.
Bahkan, para kiai telah berinisiatif menggelar dua forum penting untuk menjembatani persoalan ini, yakni di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, dan Tebuireng, Jombang.
“Atas upaya penjegalan Gus Yahya ini, para kiai sepuh NU sangat prihatin dan setidaknya ada dua forum untuk menjembatani persoalan ini, yakni di Lirboyo, Kediri dan Tebuireng, Jombang,” katanya.
Berita Terkait
-
Idrus Marham Usul Muktamar PBNU Dipercepat ke Mei 2026 demi Akhiri Konflik
-
Bantah Dukung Pleno PBNU, Ponpes Krapyak Tegaskan Dukungan Penuh pada Kepemimpinan Gus Yahya
-
Kisruh PBNU, Kader Muda Serukan Patuhi AD/ART dan Hormati Ikhtiar Islah Kiai Sepuh
-
Sebut Upaya Pelengseran dari PBNU Batal demi Hukum, Gus Yahya Pantang Mundur
-
Gus Miftah Berharap PBNU Segera Rukun dan Fokus Bantu Korban Bencana
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
Tok! DPR Sahkan Prolegnas Prioritas 2026: Enam RUU Dicabut, RUU Penyadapan Masuk Daftar
-
Sentil Ulah Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Bencana, Puan: Harusnya Kepala Daerah Punya Empati
-
Bencana Sumatra: Pengamat Sebut Menhut Terdahulu Perlu Diperiksa, Termasuk Zulhas
-
Habiburokhman: Polisi Harus Usut Soal Hasutan Aksi Rusuh Pakai Bahan Peledak 10 Desember
-
Gerindra Soal Wacana Pemecatan Bupati Aceh Selatan: Kita Serah ke DPRD
-
Mensos Akui Masih Ada Daerah Terisolasi di Sumatra, Tapi Pasokan Logistik Mulai Teratasi
-
Diduga Rencanakan Aksi Rusuh 10 Desember, 3 Pria Ditangkap Polisi, Salah Satunya Verdatius