- Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, Helmud Hontong, meninggal dunia pada Juni 2021 dalam penerbangan Denpasar-Makassar.
- Kematiannya viral kembali karena ia dikenal menolak izin operasi PT Tambang Mas Sangihe seluas 42.000 hektare.
- Kepolisian menyimpulkan kematian disebabkan penyakit menahun, namun publik masih berspekulasi karena waktunya yang kontroversial.
Suara.com - Empat tahun setelah kepergiannya, nama Helmud Hontong, Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, mendadak kembali bergaung kencang di jagat media sosial. Misteri di balik kematiannya yang dinilai janggal pada 2021 silam kembali menjadi perbincangan panas, memantik kembali pertanyaan yang belum sepenuhnya terjawab.
Fenomena viral ini muncul bukan tanpa konteks. Di saat Indonesia dirundung duka akibat serangkaian bencana ekologis, terutama banjir bandang di Sumatra yang menelan ribuan korban, kesadaran publik terhadap isu lingkungan tengah berada di puncaknya.
Cerita perlawanan Helmud Hontong terhadap industri ekstraktif seolah menemukan relevansinya kembali.
Pemicunya adalah sebuah unggahan bernada satir dari akun X @logos_id. Akun tersebut secara tajam mengingatkan warganet agar “tidak mencari pemegang saham PT Tambang Mas Sangihe yang izinnya ditolak oleh wakil bupati ini.”
Kalimat singkat namun menusuk itu sontak meledak, menyebar luas dan membuka kembali kotak pandora perihal wafatnya sang wakil bupati. Bagi banyak warganet, unggahan itu seolah menjadi kode atas sebuah kejanggalan besar.
Helmud Hontong menghembuskan napas terakhirnya pada 9 Juni 2021. Secara hukum, aparat penegak hukum telah menutup kasus ini.
Kesimpulan resmi dari pihak kepolisian menyatakan bahwa Helmud meninggal dunia murni akibat komplikasi penyakit menahun yang dideritanya.
Hasil penyelidikan menegaskan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan maupun jejak racun di tubuhnya.
Meski begitu, keraguan publik tak pernah benar-benar surut. Benang merah yang sulit diabaikan adalah momentum kematiannya yang terjadi tak lama setelah ia secara terbuka dan tegas menolak rencana pertambangan emas skala besar di tanah kelahirannya, Kepulauan Sangihe.
Baca Juga: Ramai Patungan Beli Hutan, Memang Boleh Rimba Dibeli Dan Bagaimana Caranya?
Kronologi Kematian di Udara
Peristiwa tragis yang menimpa Helmud terjadi di dalam kabin pesawat Lion Air dengan rute Denpasar–Makassar. Sekitar 20 menit setelah pesawat lepas landas, Helmud tiba-tiba mengeluhkan pusing hebat kepada ajudannya.
Pertolongan pertama diberikan dengan mengoleskan minyak kayu putih, namun kondisinya terus menurun drastis.
Tak lama kemudian, Helmud Hontong kehilangan kesadaran di kursinya, di ketinggian ribuan kaki.
Seorang dokter yang kebetulan menjadi penumpang di penerbangan yang sama segera memberikan pertolongan darurat, termasuk upaya memacu kerja jantung. Namun, takdir berkata lain. Nyawa Helmud tidak tertolong.
Perlawanan Terhadap Raksasa Tambang
Berita Terkait
-
Ramai Patungan Beli Hutan, Memang Boleh Rimba Dibeli Dan Bagaimana Caranya?
-
Tren Wall Friction di TikTok Bikin Benda Nempel di Dinding, Ini Faktanya
-
Tantangan Komunikasi di 2026: Semua Bisa Viral, Tapi Tidak Semua Bisa Bermakna
-
Kaleidoskop 2025: 8 Lagu Indonesia Paling Viral, Tak Semuanya Baru Dirilis
-
Antisipasi Bencana Ekologis, Rajiv Desak Evaluasi Total Izin Wisata hingga Tambang di Bandung Raya
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Besok Diprediksi Jadi Puncak Arus Mudik Nataru ke Jogja, Exit Prambanan Jadi Perhatian
-
Mendagri: Pemerintah Hadir Penuh Tangani Bencana di Sumatera
-
Ancaman Bencana Kedua Sumatra: Saat Wabah Penyakit Mengintai di Tenda Pengungsian
-
METI: Transisi Energi Berkeadilan Tak Cukup dengan Target, Perlu Aksi Nyata
-
Kejagung Buka Kemungkinan Tersangka Baru Kasus Pemerasan Jaksa, Pimpinan Juga Bisa Terseret
-
Cuan dari Gang Sempit: Kisah PKL Malioboro yang Sukses Ternak Ratusan Tikus Mencit
-
MPR Dukung Kampung Haji, Dinilai Bikin Jemaah Lebih Tenang dan Aman Beribadah
-
KSAD Minta Media Ekspos Kerja Pemerintah Tangani Bencana Sumatra
-
Kejagung Tetapkan 3 Orang Jaksa jadi Tersangka Perkara Pemerasan Penanganan Kasus ITE
-
OTT KPK di Banten: Jaksa Diduga Peras Animator Korsel Rp2,4 M, Ancam Hukuman Berat Jika Tak Bayar