Senin, 17 November 2025 | 13:13 WIB
Presiden LG Electronics Indonesia, Ha Sang-chul. (Suara.com /dok. pribadi)
Baca 10 detik
  • Masyarakat Indonesia sangat cepat mengadopsi teknologi digital dan rumah pintar.
  • Pertumbuhan industri elektronik terhambat oleh lemahnya daya beli konsumen.
  • Inovasi yang berkelanjutan dan berkualitas menjadi kunci memenangkan pasar saat ini.

Suara.com - Adopsi teknologi digital di Indonesia terbilang pesat, yang turut mendorong produsen alat elektronik untuk terus melakukan gebrakan baru dalam berinovasi.

Dalam data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet secara nasional mencapai 80,66 persen. 

Secara bersamaan, generasi milenial dan Gen Z, sebagai generasi yang techsavvy, terus mengubah arti dari gaya hidup digital.

Integrasi teknologi yang semakin dalam di keseharian ini terbukti mengubah cara orang Indonesia dalam beraktivitas, bekerja, dan berbelanja.

Mengingat peran teknologi sudah tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, survei terbaru
menunjukkan masyarakat Indonesia bersikap terbuka dengan inovasi baru.

Lebih dari 60 persen menggunakan kecerdasan buatan generatif untuk menjaga wellness dan membuat menu makanan yang terpersonalisasi.

Ini menjadi tanda bahwa inovasi sangat diterima masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Penggunaan teknologi digital secara masif juga tercermin dari tren rumah pintar yang sedang
berkembang.

Kekinian, mengutip data dari Digital 2025: Indonesia, 11 juta rumah di Indonesia dilengkapi perangkat pintar, naik 14,7% dari tahun lalu.

Pasar rumah pintar pun dapat berkembang dari USD1,31 miliar pada 2023, menjadi
USD6,89 miliar pada 2030.

Sejalan dengan tren ini, ekosistem Internet of Things (IoT) diperkirakan akan mencapai USD40 miliar pada 2025.

Potensi pertumbuhan ini membuka peluang baru akan gaya hidup dan infrastruktur yang semakin terhubung dan cerdas.

Inovasi di tengah lemahnya daya beli

Namun, walau terjadi percepatan adopsi teknologi digital, industri elektronik dalam negeri justru
menghadapi tantangan besar.

Hingga Agustus 2025, permintaan industri hanya pulih sekitar 70%–80%, dari volume tahun sebelumnya yang terjadi di hampir semua lini produk.

Load More