Suara.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, sektor industri manufaktur dapat membantu Indonesia dalam menghadapi persaingan di tingkat regional, menjelang implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2016.
"Kalau persaingannya terkait barang, saya mempunyai optimisme, karena ada tiga sektor manufaktur Indonesia yang bisa bersaing," kata Bambang, saat menyampaikan pandangan dalam seminar Masyarakat Ekonomi ASEAN di Jakarta, Jumat (30/1/2015) malam.
Menkeu menjelaskan, Indonesia harus mengembangkan daya saing produk dalam negeri, agar memiliki keunggulan komparatif atas barang dari negara lain. Terutama sekali dari negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, serta Filipina.
Untuk itu, menurut Bambang, sektor manufaktur dapat menjadi andalan yang bisa menghasilkan produk turunan unggulan bagi Indonesia. Hal ini mengingat negara-negara di Asia Tenggara memiliki produk komoditas sumber daya alam (SDA) yang tidak jauh berbeda.
Sektor manufaktur yang bisa berkembang di Indonesia, menurut Menkeu lagi, antara lain yang berbasis sumber daya alam, berbasis konsumsi dalam jumlah besar, serta produk substitusi impor.
Untuk sektor manufaktur berbasis sumber daya alam, hal ini disebut wajib dilakukan, karena selama ini Indonesia terlalu banyak mengekspor bahan komoditas mentah, seperti kakao, CPO, karet, maupun nikel, yang tidak bernilai tambah bagi kualitas perekonomian nasional.
"Misalnya, Cina impor nikel dari Indonesia. Karena memiliki banyak smelter, mereka yang mendapat nilai tambah. Padahal negara mana pun kalau sektor manufakturnya sukses, bisa memiliki industri baja yang kuat. Untuk itu, kalau kita bisa hilirisasi, kita tidak punya lawan di ASEAN," kata Bambang.
Kemudian untuk sektor manufaktur yang berbasis konsumsi dalam jumlah besar, seperti industri otomotif, Indonesia menurut Menkeu mempunyai peluang untuk bersaing, karena telah memiliki pabrik yang memproduksi jenis kendaraan untuk keluarga.
"Ini seperti memakai pendekatan Cina, karena semakin berproduksi semakin bagus skala ekonominya. Saat ini, makin banyak industri yang bisa memanfaatkan dan menjangkau masyarakat Indonesia. Mereka melihat Indonesia sebagai pasar baru, terutama kendaraan niaga," ujarnya.
Sedangkan untuk sektor manufaktur substitusi impor, Bambang menjelaskan, itu sangat terkait dengan pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, dan pembangkit listrik yang dicanangkan pemerintahan baru. Ini terutama karena tidak mungkin Indonesia terus-menerus melakukan impor komponen pendukung.
"Percuma kita punya galangan, kalau tidak ada kapalnya. Daripada impor, kita bangun substitusi kapal, terutama kapal skala besar. Untuk keperluan pembangkit listrik, kalau kebutuhan boiler, turbin dan trafo bisa dikembangkan di Indonesia, maka industri akan hidup," katanya lagi.
Bambang juga mengatakan, apabila pembenahan dilakukan terhadap tiga jenis sektor manufaktur tersebut, maka Indonesia akan memiliki daya saing dan tingkat kompetisi yang tinggi, sehingga mampu bersaing dalam tingkat regional dan global secara keseluruhan. [Antara]
Berita Terkait
-
Anak Purbaya Betul? Toba Pulp Lestari Tutup Operasional Total, Dituding Dalang Bencana Sumatera
-
Inovasi Efisiensi Energi Dorong Industri Manufaktur Menuju Operasi yang Lebih Berkelanjutan
-
Keputusan Menkeu Purbaya Tunda Cukai Minuman Manis Dikritik: Disebut Blunder Berisiko
-
Kemenperin Gaspol Transformasi Digital Manufaktur Lewat Making Indonesia 4.0
-
Menkeu Purbaya Ngeluh Saham Gorengan, Apa Gebrakan OJK?
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina
-
ESDM Mulai Pasok 16.000 LPG 3 Kg ke Banda Aceh
-
Profil PT Mayawana Persada, Deforestasi Hutan dan Pemiliknya yang Misterius
-
Mendag Lepas Ekspor Senilai Rp 978 Miliar dari 8 Provinsi
-
Modal Inti Superbank (SUPA) Tembus Rp8 Triliun, Naik Kelas ke KBMI 2
-
Mekanisme Buyback TLKM, Pemegang Saham Wajib Tahu
-
BI Perpanjang Batas Waktu Pembayaran Tagihan Kartu Kredit