Suara.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menginginkan 60 persen anggaran sektor kelautan dan perikanan benar-benar untuk pemangku kepentingan sektor tersebut dan bukan untuk sekadar membangun infrastruktur.
"Tahun depan saya ingin 60 persen anggaran harus jatuh ke stakeholder yaitu nelayan dan pembudidaya," kata Susi Pudjiastuti di Jakarta, Senin (22/6/2015).
Menteri Susi mencontohkan seharusnya seluruh anggaran Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pemberian atau perbaikan alat tangkap para nelayan.
Namun saat ini, ujar dia, alokasi untuk alat tangkap masih 18 persen sedangkan untuk pembangunan infrastruktur jauh lebih besar yaitu mencapai 41 persen.
"Ke depan saya tidak mau lagi anggaran KKP untuk pembangunan pelabuhan dan jalan karena itu bukan pekerjaan kami," katanya.
Menurut dia, tugas untuk membangun infrastruktur seharusnya diberikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Ia juga menyatakan pada tahun 2016 ingin membuat program kapal tangkap yang terbuat dari fiber dan alumunium, bukan lagi kapal kayu.
Hal itu, lanjutnya, karena kapal kayu pada saat ini dinilai tidak terlalu bankable oleh pihak perbankan.
Sebelumnya, anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin mengatakan anggaran yang disebarkan dalam berbagai program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harusnya seimbang antara program kesejahteraan, kedaulatan, dan keberlanjutan.
"Rencana KKP dengan program unggulannya untuk fokus kesejahteraan rakyat masih terlalu minim hanya 20 persen," kata Andi Akmal Pasluddin.
Sebagaimana diketahui, KKP di bawah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengalokasikan program unggulan adalah kesejahteran 20 persen, kedaulatan 30 persen, dan keberlanjutan 50 persen.
Seharusnya, ujar Andi Akmal Pasluddin, komposisinya seimbang yaitu dengan formasi yang hampir sama, contohnya 30 persen-40 persen-30 persen.
Apalagi, DPR RI juga sedang menyusun RUU Perlindungan Nelayan dan Pembudidaya Ikan yang mengedepankan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan kelautan.
Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan, Selasa (16/6/2015), mengingatkan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menutup nilai tukar nelayan (tolok ukur kesejahteraan nelayan) pada angka 106 di bulan Oktober 2014.
Sedangkan pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, ujar Daniel Johan, angka NTN turun menjadi 104,26 pada November 2014 dan kembali turun menjadi 102,97 pada Desember 2014.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Industri Pindar Tumbuh 22,16 Persen, Tapi Hadapi Tantangan Berat
-
Perilaku Konsumen RI Berubah, Kini Maunya Serba Digital
-
Bagaimana Digitalisasi Mengubah Layanan Pertamina
-
Memahami Pergerakan Harga Bitcoin, Analisis Teknikal Sudah Cukup?
-
BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
-
BCA Kembali Menjadi Juara Umum Annual Report Award, Diikuti BCA Syariah pada Klaster Rp1 Triliun
-
ESDM: Rusia-Kanada Mau Bantu RI Bangun Pembakit Listrik Tenaga Nuklir
-
Bos Lippo Ungkap 5 Modal Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global 2026
-
Purbaya Larang Bea Cukai Sumbangkan Pakaian Bekas Hasil Sitaan ke Korban Banjir Sumatra
-
Purbaya Sewot Teknologi AI Bea Cukai Dibandingkan dengan Milik Kemenkes: Tersinggung Gue!