Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jumat (16/12/2016) ditutup turun sebesar 22 poin atau 0,43 persen ke level 5.231 setelah bergerak di antara 5.231-5.260. Sebanyak 122 saham naik, 178 saham turun, 97 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 11.430 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) Rp 792 miliar.
Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah tipis pada hari Jumat, dengan pelemahan dipimpin oleh sektor keuangan, menyusul kecemasan adanya ketegangan geopolitik. Presiden The Fed Richmond Jeffrey Lacker mengatakan the Fed mungkin akan memerlukan lebih dari 3 kali kenaikan suku bunga di tahun 2017.
"Dow Jones ditutup turun 8.83 poin, atau sebesar 0.04 persen, pada level 19,843. S&P 500 ditutup turun 3.96 poin, atau sebesar 0.18 persen, pada level 2,258. Nasdaq ditutup turun 19.69 poin, atau sebesar 0.36 persen, pada level 5,437," kata Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, Senin (19/12/2016).
Pasar Eropa ditutup menguat pada hari Jumat (16/12/2016) seiring para investor yang masih mencerna kenaikan suku bunga AS oleh Federal Reserve dan berfokus terhadap data - data perekonomian.
"DAX memimpin penguatan sebesar 0.33 persen di level 11,404. CAC menguat 0.29 persen di 4,833. FTSE menguat 0.18 persen di level 7,011," tutur Hans.
Harga minyak dunia belakangan naik di atas 50 dollar AS per barel untuk dua acuan utama West Texas Intermediate (WTI) dan Brent. Kenaikan harga minyak terjadi menyusul kesepakatan organisasi negara-negara eksportir minyak (OPEC) dan pro-dusen di luar kartel, yang telah berkomitmen memangkas produksi per 1 Januari 2017 sebanyak hampir 1,8 juta barel per hari (bph). Menurut peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra PG Talattov, pemerintah perlu mencermati kenaikan harga minyak dunia ini dan dampaknya terhadap daya beli masyarakat. Abra mengatakan, bahkan harga yang di atas 50 dollar AS per barel itu sudah lebih tinggi dari asumsi Indonesia Crude Price (ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang sebesar 45 dollar AS. Abra mengatakan, memang ke depan harga minyak dunia sebagaimana diperkirakan banyak analis tidak akan cepat-cepat bertengger di 70 dollar AS per barel.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Daftar Pemegang Saham BUMI Terbesar, Dua Keluarga Konglomerat Masih Mendominasi
-
Tips dan Cara Memulai Investasi Reksa Dana dari Nol, Aman untuk Pemula!
-
Danantara Janji Kembalikan Layanan Premium Garuda Indonesia
-
Strategi Bibit Jaga Investor Pasar Modal Terhindar dari Investasi Bodong
-
ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini