Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Singapura mengaku siap bekerjasama dengan Indonesia terkait pertukaran informasi keuangan. Hal tersebut diungkapkan pemerintah Singapura saat bertemu dengan Sri Mulyani dalam KTT G-20 di German beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan membenarkan kabar ini. Direktorat Jenderal Pajak mengaku segera menindaklanjuti dengan melakukan negosiasi dengan Singapura untuk segera menyelesaikan Bilateral Competent Authority Agreement sebagai dasar pelaksanaan AEoI antara Indonesia dengan Singapura.
"Iya memang ada pembicaraan itu. Kami siap menindaklanjuti pembicaraan itu. Juli ini sudah bisa kami tandatangani BCAA dengan Singapura," kata Hestu kepada Suara.com di Balai Samudera, Kelapa Gading,Jakarta Utara, Selasa (11/7/2017).
Hestu meyakini, penandatanganan kerjasama antara Indonesia dengan Singapura terkait keterbukaan informasi perpajakan akan berjalan dengan lancar, dan syarat yang diajukan oleh Singapura sudah dipenuhi oleh Indonesia. Sehingga, Hestu meyakini tidak ada lagi hambatan dalam kerjasama ini.
"Kan syaratnya kemarin Hong Kong harus kerjasama dulu dengan Indonesia. Ini kan sudah. Jadi saya rasa sudah tidak ada hambatan lagi ya. Kami juga akan memberikan kepercayaan kepada Singapura terkait kerahasiaan datanya," katanya.
Seperti diketahui, pemerintah saat ini tengah berusaha mengaet Singapura untuk bekerjasama dengan Indonesia terkait keterbukaan informasi.
Hal tersebut lantaran, berdasarkan studi Mckinsey, terdapat 250 miliar dollar AS atau Rp 3.250 triliun kekayaan konglomerat Indonesia di luar negeri.
Dari angka itu, terdapat Rp 2.600 triliun yang disimpan di Singapura yang berupa deposito, modal, dan fixed income. Sementara itu jumlah deklarasi aset luar negeri dan repatriasi yang diungkap melalui program tax amnesty hanya Rp 1.183 triliun.
Baca Juga: Ditjen Pajak Sudah Bisa Intip WNI yang Simpan Uang di Swiss
Artinya, masih cukup besar harta WNI yang belum dilaporkan kepada negara. Selain Singapura, negara lain yang menjadi penting terkait perpajakan Indonesia adalah Hongkong, Swiss, Macau, Australia, dan Amerika Serikat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya