Suara.com - Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri memprediksikan pertumbuhan ekonomi di akhir 2017 hanya lima persen. Sementara di akhir 2018 sebesar 5,2 persen.
“Dengan mempertimbangan analisa IMF yang baru keluar Oktober ini dan membandingkan kondisi ekonomi nasional saat ini, maka hitungan saya tahun ini ekonomi tumbuh di angka 5,0 persen dan tahun depan 5,2 persen,” kata Faisal di Jakarta, Senin (30/10/2017).
Berdasarkan keputusan IMF, Faisal menyebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dinaikkan dari 3,5 persen menjadi 3,6 persen. Seluruh negara di-upgrade termasuk Indonesia pada April 2017 dari 5,1 persen menjadi 5,2 persen, termasuk Cina dari 6,7 persen menjadi 6,8 persen.
"Perdagangan dunia juga dinaikkan, proyeksi tahun lalu dari 2,4 persen menjadi 4,2 persen. Kemudian industri manufaktur dunia saat ini sedang digambarkan bergairah. Bakan, kepercayaan konsumer mengalami kenaikan lumayan bagus. Untuk semua kelompok lini ekonomi cukup bagus," katanya.
Namun, Faisal menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia justru melambat, di mana kesimbangan semakin rendah. Bahkan, ada indikasi penurunan konsumsi menengah ke atas. Bukan menurun daya beli tapi mereka gandrung menabung.
“Itu yang aneh terutama sejak Pilkada Jakarta. Sisi pendapatan yang ditabung naik dari 18,6 persen ke 20,77 persen Kajian Mandiri menyebut sampai 21,7 persen, karena masyarakat menunggu ketidakpastian," katanya.
Selain itu, lanjut Faisal soal rendahnya angka penyaluran kredit perbankan di Indonesia. Persentasenya baru 46,7 persen dari PDB. Padahal di negara lain sudah berada di atas 100 persen.
"Dibanding negara-negara lain yang sudah di atas 200 persen kita masih 40 persen-an. Mudah-mudahan dengan adanya fintech bisa naik, setidaknya mendekati 60 persen seperti sebelum krisis. Sehingga laporan bisa lebih akurat," tutur Faisal.
Oleh sebab itu, Faisal mengingatkan kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan di bidang ekonomi harus lebih tepat. Agar, pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa lebih baik dan mampu bersaing dengan negara lain.
Baca Juga: Faisal Basri Kritik Jokowi Ambisius Pasang Target Pajak
Berita Terkait
-
Faisal Basri Kritik Jokowi Ambisius Pasang Target Pajak
-
Jokowi Janji Kerja Keras Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 2018
-
Jokowi: Ekspor dan Investasi, Kunci Pertumbuhan Ekonomi Negara
-
Golkar Akui Ketimpangan Ekonomi di Era Jokowi Masih Sangat Terasa
-
Luhut Minta Polri Ikut Serta Dongkrak Ekonomi, Begini Caranya
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Daftar Pemegang Saham BUMI Terbesar, Dua Keluarga Konglomerat Masih Mendominasi
-
Tips dan Cara Memulai Investasi Reksa Dana dari Nol, Aman untuk Pemula!
-
Danantara Janji Kembalikan Layanan Premium Garuda Indonesia
-
Strategi Bibit Jaga Investor Pasar Modal Terhindar dari Investasi Bodong
-
ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini