Pertumbuhan ekonomi yang hanya 5,06 persen di Triwulan III dan defisit anggaran yang mencapai 3 persen, maka dapat dipastikan selisih 2 persen secara relatif inilah pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan secara riil. Jika tak ada evaluasi ulang atas pembangunan infrastruktur yang sangat massif dan tak masuk akal, maka jebakan utang (debt trap) akan menimpa Indonesia. Apalagi iklim dan cuaca saat ini sangat beresiko bagi hancurnya bangunan yang telah selesai dikerjakan.
“Pemerintah harus melakukan langkah-langkah antisipatif dan contigency plan untuk menghadapi kondisi ekonomi terburuk dengan strategi baru dan tim ekonomi kabinet yang baru untuk menegakkan pasal ekonomi konstitusi, yaitu memajukan BUMN dan Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional,” tutupnya.
Pandangan lebih optimis dikemukakan oleh Anggota Komisi XI DPR RI, Donny Imam Priyambodo. Menurutnya, kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi, termasuk soal utang tidak didasarkan pertimbangan jangka pendek satu atau dua tahun. “Pemerintah mendasarkan ini pada visi yang besar, pembangunan untuk jangka panjang, termasuk dalam hal infrastruktur,” jelasnya saat dihubungi, Rabu (6/12/2017).
Menurutnya, pembangunan infrastruktur memang membutuhkan biaya yang sangat besar. Efeknya terhadap pertumbuhan ekonomi, paling cepat baru tiga tahun setelah infrastruktur tersebut jadi. Ia memprediksi manfaat maksimal dari pembangunan infrastruktur Indonesia saat ini baru akan terasa dalam dua tahun lagi.
Politisi asal Partai Nasdem tersebut mengakui perihal defisit anggaran hingga akhir September 2017 melebar. Bahkan, jumlahnya membengkak dibanding realisasi akhir Agustus 2017 dan akhir bulan yang sama tahun 2016.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi defisit anggaran pada akhir bulan lalu mencapai 2,03 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau Rp277,03 triliun. Jumlah itu melebar dibanding realisasi akhir September 2016 yang hanya Rp223,5 triliun dan dibanding akhir Agustus 2017 sebesar Rp225,1 triliun atau 1,65 persen dari PDB.
“Saya kira persentase ini masih aman, masih dibawah 3 persen yang diamanatkan oleh UU. Pemerintah pasti juga tidak akan tinggal diam dan akan melakukan berbagai upaya supaya deficit anggaran kita tidak terus melebar,” tutupnya.
Pemerintah dan BI Jamin Pertumbuhan Utang Indonesia Terkendali
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Suahazil Nazara, mengatakan bahwa defisit anggaran dalam APBN-P 2017 masih dalam batas aman. BKF memastikan defisit anggaran akhir tahun 2017 terhadap PDB tidak akan melanggar UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang membatasi sebesar tiga persen.
Baca Juga: Gerindra: 72 Tahun Indonesia Merdeka, Utang Luar Negeri Rp1.000 T
"Saya kira masih aman. Per akhir November kemarin masih 2,3 persen. Kita proyeksikan defisit anggaran akhir tahun 2017 sekitar 2,67 persen" kata Suahasil, saat dihubungi Rabu (6/12/2017).
Ia menegaskan bahwa defisit anggaran yang dijadikan dasar untuk melakukan pembangunan ekonomi yang bersifat produktif bukan hal yang salah. Apalagi pembangunan infrastruktur sudah sangat mendesak untuk dilakukan.
"Kita memang sudah sangat membutuhkan jalan yang bagus, bandara yang bagus, dan pelabuhan yang bagus. Itu semua sudah sangat kita butuhkan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi," ujarnya.
BKF menganggap tak perlu harus mengerem pinjaman untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Apalagi sejak semula, pemerintah tidak mengandalkan APBN semata, melainkan kolaborasi dengan swasta, BUMN, serta pinjaman dari dalam dan luar negeri.
"Jadi kita tidak perlu mengerem. Kami optimis defisit anggaran kita masih bisa terrjaga 2,67 persen," tutupnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, pada Jumat (17/11/2017), menyatakan bahwa perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III 2017 relatif terkendali. Pada akhir triwulan III 2017, ULN Indonesia tercatat USD343,1 miliar atau tumbuh 4,5 persen (yoy).
Berita Terkait
-
JCR Pertahankan Rating dan Oulook Utang Indonesia
-
Utang Tembus Rp 7.084 Triliun, Bank Indonesia Klaim Bakal Hati-hati
-
Utang Luar Negeri Turun Jadi 432,5 Miliar Dolar AS, Ini Sebabnya
-
Ekonom Bank Mandiri: Perekonomian Indonesia Diprediksi Tumbuh 4,96 Persen di 2025
-
Utang Luar Negeri Tembus Rp7.014 Triliun, Bisa Bahaya Buat Pemerintah Indonesia
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Luhut Turun Tangan, Minta Purbaya Tak Ambil Anggaran MBG
-
Anggaran Makan Bergizi Gratis Tembus Rp20 Triliun, Penyerapan Melonjak Tiga Kali Lipat!
-
Disindir soal Subsidi LGP 3Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Pak Bahlil Betul
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
Dharma Jaya Klaim Bukukan Pertumbuhan Bisnis 190 Persen
-
Sebelum Dilegalkan, 34.000 Sumur Minyak Rakyat Sedang Diverifikasi
-
Santai! Menko Airlangga Yakin Rupiah Kebal Guncangan Shutdown Amerika!
-
Kementerian ESDM: Stok BBM SPBU Swasta Akan Kosong sampai Akhir 2025 Jika Tak Beli dari Pertamina
-
Rupiah Kembali Menguat pada Jumat Sore
-
Rupiah Makin Ganas, Dolar AS Keok Imbas Penutupan Pemerintahan Trump?