Suara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan optimistis, Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) bakal bisa diandalkan untuk meningkatan produksi. Potensi pengembangan lahan rawa di Indonesia pun sangat besar, dengan luas lahan mencapai 33,40 juta hektare.
"Jika dikembangkan dengan benar, lahan rawa juga bisa memberikan hasil pertanian yang sangat menguntungkan. Agar bisa memanfaatkan lahan rawa dengan tepat, petani harus berani menghadapi tantangan di lahan rawa," ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, tantangan utama bertani di lahan rawa adalah menghadapi tingkat keasaman yang tinggi. Lahan rawa dengan kondisi gambut tebal, yang memiliki kedalaman antara 3 - 5 meter, memiliki kadar asam yang sangat tinggi, pH < 4.
Akibatnya, zat hara akan sulit ditemukan di lahan seperti ini. Padahal zat hara sangat penting dalam pertumbuhan tanaman.
"Namun sekarang sudah ada beberapa inovasi teknologi yang memungkinkan tanaman tumbuh di lahan rawa. Pemerintah sudah berhasil mengembangkan bibit unggul yang mampu bertahan di tingkat keasaman tinggi," katanya.
Selain kondisi gambut, lahan rawa juga rentan dengan risiko oksidasi pirit. Lahan rawa memiliki lapisan gambut tipis (sekitar 20 centimeter), yang kemudian di bawahnya ada lapisan sulfidik (pirit yang berlum teroksidasi).
"Kondisi tersebut normal dan ditemukan pada kebanyakan lahan rawa, baik pada lahan rawa pasang maupun lahan rawa lebak," sebutnya.
Namun situasi bisa menjadi sulit jika tiba-tiba lahan rawa mengalami kekeringan karena adanya reklamasi. Pirit yang awalnya stabil dan berada di bawah lapisan gambut akan menjadi tidak stabil dan bersifat aerob.
Kondisi ini akan menyebabkan tanaman mengalami kerusakan pada bagian akar, karena pirit menjadi racun bagi mereka.
Baca Juga: Program Serasi, Kementan Targetkan Pemanfaatan 400 Ribu Ha Lahan Rawa
Tantangan berikutnya, intrusi air laut atau pasang surut air laut. Tanpa penanganan yang tepat, pasang surut air laut akan membawa air asin ke lahan pertanian. Padahal seperti yang sudah diketahui, air asin tidak baik untuk tanaman dan bisa menyebabkan tanaman mati mendadak.
"Untuk mengatasi hal tersebut, pertanian di lahan rawa pasang harus dilakukan secara hati-hati. Membuat sistem bendungan dan irigasi bisa menjadi metode yang tepat untuk mengatasi masuknya air asin ke lahan pertanian," tuturnya.
Tantangan terakhir tidak dapat dilepaskan dari sumber daya manusia (SDM). Masih banyak petani di Indonesia yang belum paham dengan sistem bertani di lahan rawa. Begitu pula dengan pemahaman tentang irigasi.
"Apa yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan sosialisasi secara gencar. Pemerintah menggandeng gapoktan (gabungan kelompok tani) untuk melakukan kegiatan pertanian di lahan rawa. Dengan praktik langsung seperti ini, mereka diharapkan bisa langsung memahami cara kerja pertanian lahan rawa," papar Sarwo Edhy.
Setelah petani berhasil pun tidak langsung dilepas, tetapi harus terus dipantau hingga bisa mendapatkan hasil pertanian dari lahan rawa.
"Memang terdengar sulit. Namun dengan adanya teknologi seperti saat ini, bertani di lahan rawa bukanlah sebuah hal yang mustahil," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
-
Tabungan Haji Bank Mega Syariah Capai Rp 324 Miliar, Apa Untungnya Bagi Nasabah?
-
Waspada Gangguan Lanjutan, Ini Alasan Sinkronisasi Listrik Aceh Tidak Bisa Cepat
-
Rupiah Mulai Bangkit, Didukung Pemangkasan Suku Bunga The Fed
-
Krisis BBM SPBU Swasta, Akankah Terulang Tahun Depan?
-
Harga Emas Antam Lebih Mahal Rp 15.000 Hari Ini, Jadi Rp 2.431.000 per Gram
-
IHSG Lagi-lagi Melesat Pagi Ini, Betah di Level 8.700
-
Bocoran Saham IPO Awal 2026, Ada Emiten Prajogo Pangestu dan Happy Hapsoro
-
RI Raup USD 10 Juta dari Jualan Produk Halal di Jepang
-
Mandiri BFN Fest 2025 Dibuka: Industri Fintech Bidik Kepercayaan Publik dan Inklusi Keuangan