Suara.com - Pemerintah telah memulai program vaksinasi Covid-19 secara gratis. Namun, ke depannya tak hanya pemerintah saja yang jalani program vaksinasi, tetapi pihak swasta juga jalani program tersebut atau vaksin mandiri.
Vaksin mandiri ini, nantinya akan dikendalikan oleh pengusaha atau pihak swasta mulai dari pengadaan hingga vaksinasi.
Menanggapi vaksin mandiri, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adinegara melihat vaksin mandiri ini bakap mengganggu program vaksinasi pemerintah.
Bahkan, jelas Bhima, timbul kekhawatiran vaksinasi pemerintah akan gagal dengan adanya vaksinasi mandiri.
"Khawatirnya vaksinasi bisa gagal, kenapa? Saya warga biasa akan melihat begini, ini vaksin pemerintah, tapi ada vaksinasi mandiri ya saya tunggu perusahaan saya. Siapa tahu dapat vaksin yang lebih baik dari Sinovac. Akhirnya masyarakat berpikir ulang untuk mengambil vaksin dari pemerintah," ujar Bhima dalam sebuah diskusi secara virtual, Minggu (21/2/2021).
Bhima juga melihat, alasan adanya vaksinasi mandiri karena pemerintah tak punya anggaran juga tak berdasar. Sebab, katanya, banyak pos anggaran yang sebenarnya bisa dipotong untuk program vaksinasi.
Selain itu, Ia memaparkan, anggaran untuk kesehatan faktanya bukan yang terbesar pada APBN 2021. Pada APBN 2021, anggaran terbesar untuk infrastruktur, belanja pegawai, dan belanja barang.
"Infrastruktur naiknya signifikan, 2020 sebesar Rp 280 triliun, diupgrade hampir dua kali lipatnya jadi Rp 440 triliun, jadi disini keliatan. Sebenarnya tak benar alasan kita engga punya anggaran melakukan vaksinasi lebih cepat," ucap dia.
Bhima menyarankan, jika pihak swasta ingin berperan, maka bisa menyediakan keperluan lainnya untuk vaksin, seperti gedung hingga distribusi.
Baca Juga: Benarkah Vaksin Mandiri Percepat Munculnya Herd Immunity? Ini Kata Menkes
"Kalau mau berperan jangan pengadaan vaksinnya. Vaksin ini harus negara yang handle, swasta bisa gedungnya, fasilitas-fasilitas pembantunya. Kalau pengadaan vaksin harus pemerintah yang handle," pungkas dia.
Berita Terkait
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Jadi Beban BUMN-BUMN, Ekonom Sarankan Transaksi Energi Primer Gunakan Rupiah
-
Rp 200 Triliun Anggaran Negara Disalurkan ke Kredit, Ekonom: Itu Ilegal
-
Luhut Temui Aliansi Ekonom Indonesia, Bahas 7 Tuntutan ke Pemerintah
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Bukan Sekadar Bazaar, PNM Hadirkan Ruang Tumbuh dan Silaturahmi UMKM di PFL 2025
-
Perkuat Sport Tourism dan Ekonomi Lokal, BRI Dukung Indonesia Mendunia Melalui MotoGP Mandalika 2025
-
BRI Dorong UMKM Kuliner Padang Perkuat Branding dan Tembus Pasar Global Lewat Program Pengusaha Muda
-
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia Masih Stagnan, BSI Genjot Digitalisasi
-
Bank Mega Syariah Bidik Target Penjualan Wakaf Investasi Senilai Rp 15 Miliar
-
Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
-
Saham Bank Lapis Dua Kompak Rontok, Maybank Indonesia Ambles Paling Dalam
-
OJK Minta Generasi Muda Jangan Awali Investasi Saham dari Utang
-
Daftar Harga Emas Antam Hari Ini, Naik Apa Turun?
-
Aliran Modal Asing yang Hengkang dari Pasar Keuangan Indonesia Tembus Rp 9,76 Triliun