Suara.com - Upah Minimum Provinsi (UMP) di DKI Jakarta telah mengalami kenaikan sebesar menjadi Rp 5.067.381 untuk tahun 2024. UMP tesebut naik Rp 165.583 dari UMP tahun 2023 yang sebesar Rp 4.901.798.
Dengan nilai UMP tersebut, dinilai telah mampu untuk memiliki rumah khususnya di pinggiran DKI Jakarta. Chief Economist BTN Winang Budoyo menilai, dengan UMP sebesar itu telah bisa mencicil rumah subsidi dengan skema KPR.
"Jadi, saya rasa untuk bisa mendapat KPR subsidi dengan UMP segitu bisa saja. Mungkin lain ceritanya kalau KPR non subsidi, itu yang memang butuh dana yang lebih tinggi lagi," ujarnya dalam media gathering Perbanas di Maison Pine, Padalarang yang dikutip, Jumat (24/11/2023).
Apalagi, lanjut Winang, masyarakat kini dimudahkan dengan isentif yang diberikan oleh pemerintah dan lembaga pemerintahan. Misalnya, ada insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), serta kemudahan DP 0 persen dalam pembelian rumah dari Bank Indonesia.
"Saya rasa PPN DTP akan menggairahkan tidak hanya dari sisi penerima KPR, tapi pengembang jadi makin lebih mempunyai keyakinan untuk menyediakan stok gitulah. itu yang sebetulnya mendorong sektor rumah," kata dia.
Dengan adanya kenaikan UMP ini, Winang memprediksi pertumbuhan kredit sebesar 10-12 persen pada tahun 2024. Hal ini ditopang dari KPR yang diproyeksikan sebesar 15 persen.
"Kadang orang enggak bisa beli rumah karena rumah yang tersedia enggak sesuai dengan anggaran, jadi misalnya saya mampu beli rumah Rp 300 juta, rumah ada di sekitar saya tapi harga Rp 500 juta ke atas jadi enggak sesuai budget," imbuh dia.
Jangan nunggak pinjol
Meski demikian, Winang mengingatkan kepada masyarakat agar tidak menunggak utang pinjaman online (pinjol). Pasalnya, dengan menunggak pinjol bisa
mempengaruhi skor kredit yang berimbas, penilaian perbankan terhadap nasabah.
Baca Juga: Perkara Nunggak Utang Pinjol Rp 100 Ribu, Masyarakat Bisa Gagal Miliki Rumah
Dia memaparkan, sebanyak 30% KPR subsidi yang diajukan nasabah ditolak oleh perbankan, karena skor kredit yang jelek. Setidaknya, karena nunggak utang pinjol.
"Soal pinjol ada data yang menunjukan 30 persen aplikasi KPR subsidi terpaksa kita tolak karena terlibat pinjol," jelas dia.
Winang menambahkan, bukan karena utang pinjol dengan nominal yang tinggi, KPR yang ditolak kebanyakan karena nilai kecil. Maka dari itu, dirinya mengingatkan, tidak meremehkan tunggakan utang pinjol dengan nilai yang kecil.
"Maksudnya dia sudah nunggak. Dan menyedihkan Rp 100 ribu Rp 200 ribu dengan nunggal 100 ribu dia jadi nggak punya rumah," imbuh dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya