Suara.com - Kepala Pusat Makroekonomi dan Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rizal Taufiqurrahman, menilai Indonesia butuh satu dekade untuk lunasi utang luar negerinya.
Apalagi, utang luar negeri (ULN) Indonesia per April 2025 tercatat sebesar 431,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp7.025 triliun.
"Dengan penerimaan negara yang hanya sekitar Rp2.800 triliun dan alokasi pembayaran bunga utang saja sudah Rp500 triliun per tahun, maka akan butuh lebih dari satu dekade hanya untuk menyentuh pokok utangnya itu pun dengan asumsi semua belanja dialihkan ke pelunasan, yang jelas tidak mungkin," katanya saat dihubungi Suara.com, Senin (16/6/2025).
Dapat diproyeksikan, bahwa pemerintah mengelola utang dengan pendekatan roll-over dan refinancing, bukan pelunasan penuh. Fokusnya adalah menjaga beban bunga tetap manageable dan pembiayaan tetap berkelanjutan.
"Jadi, isu utama bukan soal kapan lunas, melainkan apakah beban utang masih sanggup ditanggung oleh kapasitas fiskal kita," katanya.
Menurut dia, arah kebijakan fiskal 2025 yang masih ekspansif dan defisit anggaran yang dipatok 2,45 persen dari PDB, tren utang Indonesia cenderung masih naik.
Pemerintah tetap membutuhkan pembiayaan utang baru untuk menutup defisit, terutama melalui penerbitan SBN domestik dan sumber luar negeri.
"Di sisi lain, ada tekanan dari sisi global misalnya penguatan dolar AS dan potensi kenaikan suku bunga The Fed yang bisa memperberat beban bunga dan nilai tukar," katanya.
Lanjutnya, memang ada potensi aliran dana masuk melalui SRBI atau green bonds, tapi itu tidak serta merta mengurangi total utang. "Maka dari itu, tren utang tahun ini masih berisiko meningkat, meskipun pemerintah berusaha menahan laju kenaikannya," imbuhnya.
Baca Juga: Utang Luar Negeri Masih Aman, Bank Indonesia Izinkan Perbankan Cari Pinjaman dari Asing
Dia menambahkan kondisi utang luar negeri Indonesia saat ini memang masih dalam batas yang bisa dikatakan aman secara makro. Apalagi dengan rasio terhadap PDB yang tercatat di kisaran 29,6% masih jauh di bawah ambang batas risiko yang ditetapkan IMF untuk negara berkembang.
"Namun, kita tidak bisa menutup mata terhadap struktur utang swasta yang lebih rentan, terutama karena masih banyak dalam bentuk valas dan jangka pendek," katanya.
Dari sisi pemerintah, sebagian besar utangnya memang jatuh tempo jangka panjang dan dalam mata uang domestik, tapi risiko fiskal tetap ada, terutama ketika suku bunga global tinggi dan nilai tukar rupiah tidak stabil.
"Jadi secara keseluruhan, ya, masih terjaga, tapi ketahanan utang harus terus diperkuat melalui kebijakan fiskal yang disiplin dan manajemen risiko yang antisipatif," bebernya.
Setidaknya ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah, yakni pemerintah harus menahan diri untuk tidak memperluas defisit tanpa arah yang jelas. Apalagi, disiplin fiskal adalah kunci.
Lalu, Peningkatan pendapatan negara mutlak diperlukan, baik melalui optimalisasi pajak maupun perbaikan basis data perpajakan.
Berita Terkait
-
Ekonom Indef Sarankan Gojek Jadi Koperasi Kota untuk Atasi Kemiskinan
-
Bahlil-Airlangga Tak Kompak Soal Diskon Tarif Listrik, Ini yang Dikhawatirkan Ekonom
-
Utang Luar Negeri Masih Aman, Bank Indonesia Izinkan Perbankan Cari Pinjaman dari Asing
-
Industri Padat Karya Tertekan, Pemerintah Diminta Fokus pada Keberlangsungan Usaha
-
Sebut Anggaran Fantastis MBG Irasional, Ekonom Ferry Latuhihin: Kok Maksa Banget, Ini Proyek Siapa?
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Trik Rahasia Belanja Kosmetik di 11.11, Biar Tetap Hemat dan Tetap Glowing
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
Terkini
-
Ekonom Bongkar Strategi Perang Harga China, Rupanya Karena Upah Buruh Murah dan Dumping
-
Sosok Rahmad Pribadi: Dari Harvard Hingga Kini Bos Pupuk Indonesia
-
Laba SIG Tembus Rp114 Miliar di Tengah Lesunya Pasar Domestik
-
Sepekan, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1 Triliun
-
Laba Bank SMBC Indonesia Anjlok Jadi Rp1,74 Triliun
-
Produsen Indomie Kantongi Penjualan Rp90 Triliun
-
OJK Bongkar Maraknya Penipuan Digital, Banyak Pelaku Masih Berusia Muda
-
Bank Mega Syariah Catat Dana Kelolaan Wealth Management Tembus Rp 125 Miliar
-
Pertamina Tindak Lanjuti Keluhan Konsumen, Lemigas Beberkan Hasil Uji Pertalite di Jawa Timur
-
Naik Tips, OCBC Nisp Catat Laba Rp3,82 Triliun