Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyebut Indonesia masih masih belum membutuhkan impor gas. Sebab, pasokan gas di dalam negeri masih melimpah.
Adapun, produksi gas pada semester I 2025 mencapai 1.199,7 MBOEPD. Raihan itu telah melampui target APBN sebesar119 persen dari target APBN 2025 sebesar 1.005 MBOEPD.
Menurutnya, sebagain dari produksi gas itu digunakan untuk kebutuhan industri dalam negeri. Bahlil memaparkan, kebanyakan produksi gas kebanyakan untuk hilirisisasi.
"Kok, kenapa kita nggak impor gas? Kok pertanyaannya suka impor banget ya? Gitu lho. Nah ini bapak ibu semua, dari total, dari total yang kita punya itu, ya domestik, domestik itu termasuk hilirisasi ya, itu sebesar 69 persen. Di breakdown seperti ini, hilirisasi 38 persen, ini untuk pupuk, untuk macam-macam," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (11/8/2025).
"Untuk kaca, untuk pabrik macam-macam itu. Nah hilirisasi ini kan melahirkan tiga. Ada nilai tambahnya dalam negeri, menghemat jahisa kita, neraca pedagang kita jaga, kemudian PPN, PPH, PPH pasal 21, kemudian bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di daerah ketika pabrik itu dibangun di mana," sambung Bahlil.
Sementara, sambungnya, sisa pasokan gas sebesar 31 persen ini digunakan untuk ekspor. Bahlil mengakui, pemerintah memang tengah mengerem ekspor gas.
Hal ini merupakan perintah dari Presiden Prabowo Subianto, di mana pasokan gas yang di eksplorasi dalam negeri untuk kebutuhan dalam negeri.
"Nah memang kemarin banyak hal yang menjadi diskusi, kenapa kita menahan sebagian ekspor? Karena kami ingin menahan neraca komoditas kita. Perintah Bapak Presiden adalah memanfaatkan semaksimal mungkin seluruh produk-produk dalam negeri untuk kebutuhan dalam negeri," ucapnya.
Namun hikmahnya, tambah Bahlil, hingga saat ini Indonesia belum menyentuh impor gas. Sebab, diklaimnya pemerintah jago untuk mengelola produksi hingga kebutuhan dalam negeri.
Baca Juga: Bahlil: Sumur Rakyat Bukan Temuan Baru!
"Sampai dengan hari ini, belum pernah kita impor gas. Sampai dengan hari yang saya bicara ini. Jadi kita masih mampu mengelola antara komitmen kita dari luar negeri dengan konsumsi dalam negeri," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Purbaya Bicara Nasib Insentif Mobil Listrik Tahun Depan, Akui Penjualan Menurun di 2025
-
Stimulus Transportasi Nataru Meledak: Serapan Anggaran Kereta Api Tembus 83% dalam Sepekan!
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Purbaya Sebut Dana Badan Rehabilitasi Bencana Bersumber dari APBN
-
Purbaya Ogah Alihkan Dana MBG demi Atasi Bencana Banjir Sumatra
-
Penggunaan Keuangan Digital Meningkat, Volume Transaksi QRIS Tembus Rp1.092 Triliun
-
Tutup Tahun, 7 Bank RI Tumbang