Suara.com - Pemberitaan mengenai dugaan kelalaian yang dilakukan pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres terhadap pasien bayi bernama Tiara Debora masih terus bergulir.Pihak RS Mitra Keluarga Kalideres menjelaskan beberapa point tentang kasus kelalaian yang menyeret institusinya, termasuk urgensi ruang PICU, Senin (11/9/2017) sore ini.
Dalam konferensi pers tersebut, baik Direktur Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, dr. Francisca Dewi dan Humas Rumah Sakit Mitra Keluarga Group, dr. Nendya Libriyani, mengungkapkan ada "persamaan" antara ruang UGD tempat Bayi Debora dirawat dan ruang PICU.
"Pasien yang datang ke UGD kami itu dalam kondisi gawat darurat, itu pasti akan akan kita tangani dahulu, sama halnya dengan bayi Debora ini," papar Direktur Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, dr. Francisca Dewi dalam konferensi pers di RS Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta, Senin (11/9/2017).
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, ruang UGD dan PICU merupakan dua ruangan yang hampir sama, namun berbeda tempat.
"Penanganan kita di UGD itu sebenarnya secara standar tidak berbeda dengan PICU, yang berbeda hanya tempatnya. Kita punya peralatan juga sama sebenarnya. Dan UGD itu adalah untuk merawat kegawatan perawatan awal. Begitu perawatan awal stabil, baru diarahkan ke PICU. Jadi pertanyaan apakah misalnya enam jam (waktu selama Debora menunggu) cukup atau tidak, kita melihat kestabilan dari pasien. Setelah pasien stabil untuk pemindahan, itu kita bisa lakukan," jelasnya.
Senada dengan Francisca, Nendya juga mengatakan, ruang PICU yang dibutuhkan oleh Bayi Debora merupakan ruangan tahap lanjut setelah "kegawatdaruratan".
"Sebetulnya ruang PICU itu merupakan tahap lanjut, rencana tahap lanjut yang dilakukan untuk anak Debora. Karena kita ketahui setiap pasien yang masuk UGD itu setelah teratasi masalah kegawatdaruratan, tidak seharusnya ditempatkan di ruang UGD dan itu perlu ditempatkan di ruang rawat inap. untuk anak Debora ini, untuk tahap selanjutnya memerlukan perawatan PICU," tandas Nendya di hadapan wartawan.
Berikut, penjelasan pihak RS Mitra Keluarga Kalideres mengenai kasus Bayi Debora:
Baca Juga: Kasus Bayi Debora Bukti Jaminan Kesehatan Anak Belum Sempurna?
Berita Terkait
-
Saham Anjlok, Analis Minta Rumah Sakit Mitra Keluarga Klarifikasi
-
Menkes Dinilai Tak Beri Jawaban Memuaskan soal Bayi Debora
-
Pengacara Keluarga Debora: Apalah Kami, Kalau Bicara Hukum
-
Komisi IX DPR Cecar Menkes soal Kematian Bayi Debora
-
Tim Audit akan Ungkap Kasus Kematian Debora di RS Mitra Keluarga
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia