Suara.com - Sebuah laporan dari Senator dan Anggota Kongres Amerika yang bocor ke media menyebutkan kemungkinan CIA melakukan interogasi dengan cara meyiksa tawanan tersangka pelaku teror pasca peristiwa 11 September 2001.
Lapora setebal 6.300 halaman itu juga berisi soal bagaimana CIA meminta agar sejumlah duta besar Amerika tutup mulut atas metode interogasi yang dilakukan badan intelijen negara Paman Sam itu.
Sementara menurut laporan terbaru media Inggris, Telegraph UK, yang mengutip seorang sumber di lembaga itu menyebutkan, CIA melakukan metode interogasi bukan cuma dengan metode ‘waterboarding’ saja. Tapi masih ada cara lainnya.
Berikut enam cara penyiksaan tawanan yang dilakukan CIA sepert dikutip dari news.com.au yang mendapat penjelasan dari sumber terkait:
1. Waterboarding
Teknik penyiksaan ini menimbulkan sensasi seperti tenggelam di bawah air, meski tubuh tawanan tetap kering.
Tubuh tawanan dibaringkan miring dengan kepala diposisi paling bawah dan ditutup sehelai kain. Eksekutor lantas menyiramkan air perlahan ke wajah tawanan, terutama di bagian hidung dan mulut.
Teknik itu membuat si tawanan bakal kehabisan nafas, mirip seperti tenggelam. Air yang ditumpahkan, bisa menutupi saluran udara di hidung dan mulut.
Cara lainnya berkaitan dengan air adalah menenggelamkan kepala tawanan di sebuah bak berisi air. Salah seorang aktor di balik serangan 11 September diyakini disiksa dengan cara ini.
2. Posisi stress
Ada beragam cara yang digunakan dalam metode ini. Tawanan misalnya dimasukkan dalam kotak isolasi sempit dalam waktu yang amat lama, yang sengaja dirancang agar dia memberikan informasi. Kotak itu juga bisa digulingkan atau diguncangkan.
Cara lainnya, seperti dirilis oleh sumber yang diwawancarai ABC, yakni memasung tawanan menggunakan rantai dalam posisi berdiri selama lebih dari 40 jam dengan efek samping tawanan kelelahan dan kurang tidur.
3. Mengganggu tidur
Waktu tidur dan istirahat tawanan snegaja diganggu. Dampak yang hendak dicapai adalah mengurangi fungsi kognitif tawanan, berefek pada halusinasi, sakit kepala, kehilangan memori sehingga membuat tawanan lebih rentan pada interogasi.
Salah satu contoh seperti yang dilaporkan New York Times dari seorang pejabat penjara pada 2004 lalu yakni dengan membangungkan tawanan setiap kali mulai tertidur, memindahkan tawanan berulang ulang 5-6 kali dalam semalam, Metode ini dilakukan selama 11 hari berturut turut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Biar Talas dan Sagu Tak Dianggap Makanan Kelas Bawah, Mendagri Minta Daerah Gandeng Ahli Kuliner
-
Usut Kasus CSR, KPK Panggil Politikus Nasdem Rajiv
-
Johnson Panjaitan Wafat: Advokat HAM Pemberani, Mobil Ditembak, Kantor Digeruduk Nyali Tak Ciut
-
Pemerhati Dorong Penegakan Hukum Humanis Bagi Korban Narkoba: Harus Direhabilitasi, Bukan Dipenjara
-
Geger WNA Israel Punya KTP Cianjur, Bupati Tegaskan 100 Persen Palsu: NIK Tak Terbaca Sistem
-
Dua Tersangka Kasus Suap Bupati Kolaka Timur Dipindahkan ke Kendari, Sidang Siap Dimulai!
-
WNA Israel Punya KTP Cianjur Viral di Medsos, Kok Bisa Lolos? Ini Faktanya
-
Baru Bebas, Dua Residivis Curanmor Nyamar Jadi Driver Ojol dan Beraksi Lagi
-
Geger Ijazah Jokowi, Petinggi Relawan Andi Azwan: Yang Nuding Palsu Itu Teroris!
-
Pemprov DKI Tertibkan Pasar Barito, Pramono: Kami Sangat Humanis, Manusiawi Sekali