Suara.com - Jika pembahasan tentang mekanisme pilkada langsung atau pilkada lewat DPRD dalam RUU Pilkada tidak menemukan titik temu, voting akan dilakukan di rapat paripurna DPR RI pada 25 September 2014.
Saat ini, jumlah suara fraksi partai yang mendukung pilkada langsung tidak seimbang dengan suara yang menolak pilkada langsung. Jumlah mereka hanya 139 kursi. Rinciannya, Fraksi PDI Perjuangan 94 kursi (16,78 persen), Fraksi PKB 28 kursi (5,00 persen), dan Fraksi Hanura 17 kursi (3,04).
Sedangkan jumlah fraksi yang menolak pilkada langsung atau menginginkan pilkada lewat DPRD mencapai 421 kursi. Rinciannya, Fraksi Partai Demokrat memiliki kursi sebanyak 148 buah (26,40 persen), Fraksi Partai Golkar 106 kursi (18,92 persen), Fraksi PKS 57 kursi (10,17 persen), Fraksi PAN 46 kursi (8,21 persen), Fraksi PPP 38 kursi (6,78 persen), dan Fraksi Gerindra 26 kursi (4,64 persen).
Kendati demikian, Sekretaris Jenderal Hanura Jus Usman Sumanegara tetap optimistis suara fraksi partai yang mendukung pilkada langsung akan bertambah menjelang detik-detik sidang paripurna DPR, antara lain dari Fraksi Partai Demokrat.
"Ketua Umum Demokrat SBY sudah jelas, cenderung mengarahkan untuk mendukung pilkada langsung," kata Jus Usman kepada suara.com, Rabu (17/9/2014).
Walau sekarang Fraksi Partai Demokrat masih bersama Koalisi Merah Putih mendukung pilkada lewat DPRD, Jus Usman yakin sikap partai tersebut akan berubah dan mengikuti sikap SBY seperti yang selama ini terjadi.
"Apalagi, selama ini, kebijakan Demokrat sangat tergantung dengan SBY," katanya.
Selain Fraksi Partai Demokrat, kata Jus Usman, Fraksi PPP juga ada kemungkinan pindah haluan menjadi pendukung pilkada langsung. Jus Usman yakin sikap fraksi tersebut selama ini belum final.
Jus Usman mengatakan berbagai kelompok masyarakat telah menghendaki pilkada langsung tetap dipertahankan. Misalnya yang ditunjukkan oleh persatuan wali kota dan bupati seluruh Indonesia beberapa waktu yang lalu, mereka menolak pilkada lewat DPRD.
"Karena kalau dipaksakan kembali ke DPRD, saya pikir itu arogansi dari pihak yang tidak mau memperhatikan pandangan masyarakat. Kalau dipaksakan, nanti rakyat akan menilai kita akan mundur lagi jauh," kata Jus Usman.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO