Suara.com - Jurang antara si kaya dan si miskin di Indonesia semakin melebar dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah pun dituntut untuk menyelesaikan permasalah ketimapangan ini agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
Senior Poverty Economist Bank Dunia, Matthew Wai-Poi menjelaskan, salah satu faktor yang mendoring ketimpangan di Indonesia semakin melebar karena masyarakat kesulitan mengakses makanan yang bergizi dan mendapatkan sanitasi yang layak. Pasalnya, gizi dan sanitasi yang layak sangat penting bagi tumbuh kembang seseorang dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
“Hampir 39 persen anak-anak Indonesia mengalami permagizi buruk dan sanitasi yang tidak layak. Satu dari tiga anak Indonesia tidak dapat kesempatan yang sama, dari makanan dan sanitasi. Ini akhirnya memengaruhi ke perkembangan otak mereka. Untuk meningkatkan keterampilan dan kecerdasan mereka, gizi menjadi sangat penting," ujar Matthew di Ballroom XXI Jakarta Theater, Jakarta, Selasa 8 Desember 2015.
Jika seseorang mendapatkan asupan gizi yang buruk dapat menganggu tumbuh kembang mereka dari segi kognitif. "Contohnya, akhirnya mereka ngga tumbuh dengan baik, dari segi tinggi pasti mereka akan berbeda dengan anak-anak yang mendapatkan gizi baik. Terus pendidikan dari keluarga yang diberikan banyak keterbatasan," tegasnya.
Selain itu, permasalahan kedua adalah mengenai fasilitas pendidikan yang hingga saat ini dianggap tidak memadai, khususnya di wilayah luar pulau Jawa. Akhirnya, masyarakat yang tinggal di daerah pulau Jawa akan kesulitan mendapatkan pekerjaan karena tidak memiliki keterampilan yang lebih baik karena kualitas pendidikan yang buruk.
"Masih banyak sekolah yang di daerah terpencil di luar pulau Jawa masih minim fasilitas seperti listrik, peralatan pendidikan yang memadai, bahkan kualitas guru juga rendah. Penelitian mengatakan Anak-anak di Jawa bisa membaca 26 kata lebih cepat daripada di Nusa Tenggara Timur (NTT)," kata Matthew.
Menurut Matthew, hal ini lantaran pemerintah tidak menggunakan anggaran pendidikannya dengan baik unuk memperbaiki infrastruktur pendidikan dan kualitas pendidikan di daerah-daerah terluar. Ia mengatakan, Indonesia bisa meniru seperti Vietnam yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan di negaranya lebih baik.
"Mungkin Indonesia bisa belajar dengan Vietnam, di mana antara Vietnam dan Indonesia kesenjangannya tidak berbeda jauh, namun Vietnam bisa menciptakan kualitas pendidikan yang lebih baik. Padahal alokasi anggarannya juga tidak berbeda jauh dengan Indonesia di bidang pendidikan. Vietnam 20 persen sedangkan Indonesia 21 persen," ungkapnya.
Ia mengatakan, Vietnam menciptakan kuliatas pendidikannya dengan baik dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kurikulum. Selain itu, mereka memberikan upah kepada para guru yang tinggi agar para guru dapat meningkatkan kualitasnya.
"Di Vietnam gaji guru SMA itu tiga kali lipat lebih besar dari Produk Domestik Bruto mereka, sedangkan di Indonesia hanya setengah dari PDB. Ini sudah terlihat masih buruknya kualitas pendidikan di Indonesia," tegasnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau kepada pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kesenjangan atau ketimpangan-ketimpangan yang terjadi saat ini. Agar masyarakat di Indonesia dapat meningkatkan kehidupannya lebih layak dan mampu bersaing dengan negara-negara lain terutama dalam MAsyarakat Ekonomi ASEAN mendatang.
"Yang terpenting memperbaiki kualitas pendidikan dan sanitasi yang baik. Agar Sumber Daya Manusia di Indonesia bisa mendapatkan pekerjaan yang lain dan dapat bersaing dengan negara-negara lain," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Stop Tahan Ijazah! Ombudsman Paksa Sekolah di Sumbar Serahkan 3.327 Ijazah Siswa
-
10 Gedung di Jakarta Kena SP1 Buntut Kebakaran Maut Terra Drone, Lokasinya Dirahasiakan
-
Misteri OTT KPK Kalsel: Sejumlah Orang Masih 'Dikunci' di Polres, Isu Jaksa Terseret Menguat
-
Ruang Kerja Bupati Disegel, Ini 5 Fakta Terkini OTT KPK di Bekasi yang Gegerkan Publik
-
KPK Benarkan OTT di Kalimantan Selatan, Enam Orang Langsung Diangkut
-
Mendagri Tito Dampingi Presiden Tinjau Sejumlah Titik Wilayah Terdampak Bencana di Sumbar
-
Pramono Anung: 10 Gedung di Jakarta Tidak Memenuhi Syarat Keamanan
-
Ditantang Megawati Sumbang Rp2 Miliar untuk Korban Banjir Sumatra, Pramono Anung: Samina wa Athona
-
OTT Bekasi, KPK Amankan 10 Orang dan Segel Ruang Bupati
-
OTT KPK: Ruang Kerja Bupati Bekasi Disegel, Penyelidikan Masih Berlangsung