Suara.com - Pertemuan Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965-1966 (YPKP) dari berbagai kota dibubarkan kelompok inteloran, Kamis (14/4/2016) kemarin. Pertemuan tersebut dilakukan untuk Mempersiapkan Simposium 65 yang digelar pemerintah di Hotel Aryaduta, 18-19 April 2016.
Nadiani S (75) salah satu korban tragedi 1965 yang juga perwakilan dari YPKP Bukit Tinggi mengatakan, dirinya menjadi saksi mata pada pembubaran kegiatan tersebut.
"Saya baru selesai mandi, saya lihat ada ribut-ribut di bawah, ternyata ada pengelola yang sedang berargumentasi dengan kepolisian," ujar Nadiani di LBH, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Tak hanya itu, pihaknya juga telah menjelaskan pertemuan tersebut untuk membahas informasi dan undangan terkait penyelenggaraan Simposium Nasional. Selain itu pertemuan tersebut juga dalam rangka memberikan laporan terkait pelanggaran HAM pada tragedi 1965. Namun, kata Nadiani, pertemuan tersebut malah dituding mendirikan PKI.
"Kami dibilang mau mendirikan PKI. Padahal pertemuan ini memberikan laporan antar daerah terkait korban 1965. Kita berikan laporan, Bagaimana kerja kami di setiap daerah, lalu bagaimana keluarga korban, di mana kuburan massalnya, berapa yang meninggal,"ucapnya
Usai dibubarkan, mereka pun meminta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. "Akhirnya kami berbalik arah dan kami menyambangi LBH dan meminta bantuan," kata Nadiani.
Lebih lanjut dirinya menceritakan dirinya sudah bergabung sejak 13 tahun lalu dengan YPKP. Dia mengklaim YPKP punya tujuan membantu pemerintah mencerdaskan bangsa dan mengsosialisasikan Pancasila.
"Saya sudah bergabung selama 13 tahun. Tapi selama selama 13 tahun belum ada penyelesaian kepada para korban. Dan juga sejak Pemerintahan Jokowi yang punya program Nawacita, malah kami merasa diintimidasi," ungkap Nenek yang suaminya juga menjadi korban tragedi 1965.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum
-
RUU KUHAP Dinilai Ancam HAM, Koalisi Sipil Somasi Prabowo dan DPR: Ini 5 Tuntutan Kuncinya
-
RUU KUHAP Bikin Polisi Makin Perkasa, YLBHI: Omon-omon Reformasi Polri
-
Sepekan Lebih Kritis, Siswa SMP Korban Bullying di Tangsel Meninggal Usai Dipukul Kursi
-
Percepat Penanganan, Gubernur Ahmad Luthfi Cek Lokasi Tanah Longsor Cibeunying Cilacap
-
Ribuan Peserta Ramaikan SRGF di Danau Ranau, Gubernur Herman Deru Apresiasi Antusiasme Publik
-
Heboh Pakan Satwa Ragunan Dibawa Pulang Petugas, Pramono Membantah: Harimaunya Tak Keluarin Nanti
-
Jejak Karier Mentereng Mayjen Agustinus Purboyo, Kini Pimpin 'Pabrik' Jenderal TNI AD Seskoad
-
Apa Ketentuan Pengangkatan Honorer PPPK Paruh Waktu 2025? Ini Aturan KemenpanRB
-
Pramono Ungkap Fakta Baru Buntut Ledakan SMAN 72: Banyak Siswa Ingin Pindah Sekolah