Suara.com - Tindakan represif dan diskriminatif kembali terjadi terhadap para korban tragedi1965/1966. Pada Kamis (14/4/2016) kemarin, Kepolisian membubarkan acara pertemuan korban 65/66 di Cipanas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan alasan organisasi Pemuda Pancasila dan Front Pembela Islam berencana menggeruduk pertemuan tersebut.
Ketua Simposium Nasional Tragedi 65, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo mengatakan kejadian itu menjadi tanggung jawab aparat keamanan.
"Itu di luar kewenangan panitia simposium. Itu di wilayah keamanan, ketertiban masyarakat, penegak hukum dan polisi," kata Agus saat ditemui usai pelantikan dirinya sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/4).
Menurut para korban 65/66, pertemuan tersebut untuk persiapan mengikuti kegiatan Simposium Nasional membedah tragedi 1965 yang disokong oleh Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan yang akan berlangsung 18-19 April nanti. Atas hal itu, kata Agus, pihaknya sudah mengantisipasi ancaman dari kelompok intoleran seperti FPI dalam acara simposium nanti.
"Kami sudah antisipasi itu, pasti akan ramai. Masalahnya karena ini (simposium tragedi 65) pertama kali, bisa dikatakan juga adalah sebuah eksperimen," ujar dia.
Dia menuturkan, simposium membedah tragedi 65 dengan menghadirkan para korban belum pernah dilakukan sebelumnya oleh Pemerintah. Hal itu dilakukan untuk mencari solusi atas kasus pelanggaran HAM berat masa lalu tersebut.
"Kami ingin mengadakan eksperimen, untuk mencoba karena sebelumnya tidak pernah dilakukan. Tapi kalau semuanya diam tidak akan ada perubahan. Lebih baik kita coba di mana salahnya, lemahnya dimana agar diperbaiki. Dan mungkin juga publik lama lama terbiasa untuk saling berhadapan langsung, sehingga dengan demikian akan membawa pada keadaan yang lebih baik," terang dia.
Mengenai keamanan dalam acara simposium tragedi 65 menjadi tanggung jawab aparat keamanan.
"Kami bekerjasama dengan Kemenko Polhukam, jadi pastinya itu menjadi bagian tanggung jawab dari Kemenko Polhukam," tandas dia.
Dia menambahkan, Simposium membedah tragedi 65 tersebut merupakan upaya akademik. Hal itu guna menyusun analisis dan membedah tragedi 65 dari pendekatan sejarah.
"Dan diharapkan kita bisa punya kedalaman tentang apa sih sebenarnya tragedi 65, dan bagaimana kita bisa menutup masa lalu yang kelam dalam bentuk rekomendasi ke pemerintah," tambah Agus.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Kabar Duka! Istri Wiranto, Rugaiya Usman Meninggal Dunia di Bandung
-
Geger Bayi di Cipayung: Dibuang di Jurang, Ditemukan Hidup dalam Goodie Bag Saat Kerja Bakti
-
Tegas! Pramono Anung Larang Jajarannya Persulit Izin Pembangunan Rumah Ibadah di Jakarta
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum
-
RUU KUHAP Dinilai Ancam HAM, Koalisi Sipil Somasi Prabowo dan DPR: Ini 5 Tuntutan Kuncinya
-
RUU KUHAP Bikin Polisi Makin Perkasa, YLBHI: Omon-omon Reformasi Polri
-
Sepekan Lebih Kritis, Siswa SMP Korban Bullying di Tangsel Meninggal Usai Dipukul Kursi
-
Percepat Penanganan, Gubernur Ahmad Luthfi Cek Lokasi Tanah Longsor Cibeunying Cilacap
-
Ribuan Peserta Ramaikan SRGF di Danau Ranau, Gubernur Herman Deru Apresiasi Antusiasme Publik