Suara.com - Dikejar sejak 2012, akhirnya gembong teroris asal Poso, Sulawesi Tengah, Santoso alias Abu Wardah, tamat pada Senin (18/7/2016). Santoso tewas dalam penyergapan yang dilakukan Tim Alfa 29 Batalion Infanteri Raider 515 Kostrad dari TNI yang tergabung dalam Tim Operasi Tinambola di Poso.
Meski Santoso tamat, bukan jaminan ancaman teroris di Indonesia lenyap. Kelompoknya masih mengancam karena tangan kanan Santoso, Mohamad Basri alias Bagong, dan Ali Kalora, masih bebas.
Bahkan, muncul spekulasi bahwa kedua orang tersebut bisa menjadi pengganti Santoso.
"Ada nama Basri yang kami duga tewas bersama Santoso, ternyata bukan, dan ada nama Ali Kalora masuk dalam DPO kami juga," kata Boy di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (20/7/2016).
Dari kedua nama tersebut, yang paling mungkin untuk menggantikan posisi Santoso ialah Basri. Itu sebabnya, polisi menargetkan segera menangkapnya.
"Basri ini ya, termasuk eksekutor aksi teror di Sulawesi Tengah tahun lalu, dan melarikan diri dari lapas, itu termasuk kelompok berbahaya," ujar Boy.
Boy mengatakan tim sekarang ini sedang melakukan pengejaran. Polisi meyakini posisi masih di hutan Poso.
"Belum semuanya, sedang dicari terus oleh tim satgas,"ujar Boy.
TNI dan Polri, katanya, akan memutus kaderisasi yang dilakukan kelompok Santoso.
"Tegakkan hukum secara tuntas libatkan masyarakat luas untuk tidak terpengaruh agar tidak ada keluarga yang direkrut oleh mereka jadi harus libatkan tokoh masyarakat dan agama untuk mengimbau agar tak mudah terpengaruh," kata Boy.
Berita Terkait
-
Wacana 'Go Public' PAM Jaya Bikin DPRD DKI Terbelah, Basri Baco: Ini Dinamika, Normal
-
IPO PAM Jaya, Basri Baco Ingatkan Nasib Bank DKI: Saham Bisa Anjlok, Negara Rugi
-
Tunjangan Perumahan Anggota DPRD DKI Rp70 Juta Diprotes, Nantinya Bakal Diseragamkan se-Indonesia
-
Cegah Penjarahan Terulang, Komisi XIII Dorong Kemenkum Perbanyak Program Sadar Hukum untuk Rakyat
-
Niat Mulia Bobon Santoso, Rela Jual Aset di Bali Seharga Rp5 Miliar Demi Bangun Sekolah di Papua
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO