Suara.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengakui penerapan standar emisi gas buang Euro4 menjadi salah satu faktor penting untuk membantu mendorong ekspor mobil Indonesia.
Namun penerapan Euro4 akan memicu kenaikan harga kendaraan. Kata Gaikindo, itu tak masalah.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan kenaikan harga kendaraan itu lantaran bahan bakar minyak terendah di pasar kelak adalah yang memiliki Research Octane Number (RON) 95, seperti Pertamax Plus. Teknologi mobil-mobil dengan standar Euro4 pun lebih mahal.
"Tapi ekspor bisa lebih banyak. Jadi harga mobil dan efisiensi yang harus kami lakukan bisa kita tekan. Hitungannya seperti apa belum selesai," ucap Yohannes di sela-sela Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 di Tangerang, Banten, Jumat (19/8/2016) kemarin.
Saat ini, ekspor mobil Indonesia memang masih sangat kecil dibandingkan penjualan domestik. Di saat penjualan mobil dalam negeri pada 2015 mencapai 1,050 juta unit, jumlah ekspor baru mencapat 200 ribu unit.
Sementara itu, Direktur Jendral Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan menjelaskan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menginstruksikan percepatan pengaplikasian Euro4 pada 2019 atau 2020. Sebab Pertamina mengaku baru siap merevitalisasi kilang minyak Langit Biru di Cilacap untuk memproduksi Pertamax Plus pada 2023.
"Pak Wapres sudah memberikan jalan keluar kalau belum bisa bikin bagaimana jika mengimpor dulu. Tapi, mereka (Pertamina) pasti juga perlu menghitung berapa (harga) kalau mengimpor. Bagaimana logistiknya? Kami juga akan minta data dari Gaikindo, jangan sampai nanti sudah diimpor tapi tidak ada yang pakai Euro4. Nanti Pertamina akan produksi sesuai perkiraan pemakaian kendaraan bermotor," papar Putu.
Lainnya, Ketua III Gaikindo Rizwan Alamsjah mengatakan alasan perlunya standar Euro4 di Indonesia adalah karena pasar otomotif global kini paling tidak telah menerapkan Euro4. Ekspor dari Indonesia, yang masih berstandar Euro2, menjadi tidak efisien mengingat pabrikan perlu membuat lajur produksi baru di pabrik khusus untuk ekspor.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres
-
Tinjau Lokasi Bencana Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya Puji Kinerja Pemerintah
-
Risma Apresiasi Sopir Ambulans dan Relawan Bencana: Bekerja Tanpa Libur, Tanpa Pamrih
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai