Suara.com - Anggota Komisi III DPR M Syafi'i mempertanyakan dasar KPK menetapkan Ketua DPD Irman Gusman menjadi tersangka karena diduga menerima suap dari pemilik usaha distributor gula CV Semesta Berjaya Xaveriandy Sutanto dan istri: Memi, untuk meminta bantuan mendapatkan jatah gula impor dari Bulog untuk didistribusikan ke Sumatera Barat.
"Jadi ini ada beberapa hal, penangkapan ini hanya Rp100juta (barang bukti), kemudian tidak ada kaitannya dengan jabatan Irman, dan ketiga KPK takut dengan komentar di Twitter Irman Gusman yang dioperasikan oleh ajudannya," kata Syafi'i di DPR, Senin (19/9/2016).
Syafi'i mempertanyakan KPK menindak kasus yang nilai dugaan korupsinya hanya Rp100 juta. Padahal, menurut Syafi'i, KPK seharusnya menangani kasus yang nilai kerugian negaranya lebih dari Rp1 miliar.
"SOP KPK itu menangani kasus Rp1 miliar ke atas. Pertanyaannya, ini ada apa?" kata Syafi'i.
Syafi'i juga mempertanyakan definisi perilaku koruptif dalam kasus Irman. Menurut Syafi'i perilaku koruptif merupakan penyalahgunaan jabatan yang menimbulkan kerugian negara. Namun, dalam kasus Irman, menurut Syafi'i, DPD tidak memiliki kaitan dengan kebijakan kuota impor gula.
"Ketua DPD nggak ada hubungannya dengan mengeksekusi perdagangan, nggak ada hubungan DPD dengan impor gula. Artinya dari sisi ini nggak ada penyalahgunaan jabatan. Karena jabatan (Ketua DPD) itu nggak ada kewenangan untuk eksekusi. Kalau Angola DPR yang membidangi BUMN, baru bisa," tuturnya.
Mengenai reaksi pimpinan KPK terhadap Twitter Irman yang dioperasikan staf untuk memberikan pernyataan klarifikasi atas kasus Irman usai ditangkap pada Sabtu (17/9/2016) lalu, menurut Syafi'i, aneh.
"KPK tinggal buktikan argumentasinya saja. Kok takut sekali dengan Twitter yang berasal dari HP yang dioperasikan oleh ajudannya. Saya kira biarkan saja," kata dia.
Syafi'i mengimbau KPK menangani kasus korupsi yang lebih besar nilai kerugian negaranya. Misalnya, kasus dugaan penyimpangan dalam pembelian lahan untuk Rumah Sakit Sumber Waras yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Menurut Syafi'i kasus Sumber Waras seharusnya diprioritaskan ketimbang kasus Irman. Sebab, kasus Sumber Waras sudah memiliki bukti awal yaitu laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan yang menyebut ada indikasi kerugian negara.
"Jadi kita patut konfrontir kasus ini dengan kasus Sumber Waras. Kasus ini KPK tidak bereaksi. Padahal sudah ada audit BPK, kenapa tidak ditindaklanjuti," kata Syafi'i.
Tag
Berita Terkait
-
KPU Tetapkan Hasil PSU DPD RI Sumbar: Eks Koruptor Irman Gusman Lolos ke Senayan
-
KPU Umumkan DCT DPD RI untuk PSU di Dapil Sumbar, Ada Nama Irman Gusman
-
Sosok Irman Gusman, Eks Napi Korupsi yang Dapat Kado dari MK Pemungutan Suara Pileg Ulang DPD Sumbar
-
Demi Gaji Segini, Irman Usman Gigih Tuntut MK sampai Dikabulkan Pemungutan Ulang DPD RI Sumbar
-
Gugatan Dikabulkan: Irman Gusman Wajib Jujur Pernah jadi Napi, MK Perintahkan KPU Gelar PSU di Sumbar
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?