Suara.com - Calon gubernur Jakarta periode 2017-2022 Agus Harimurti Yudhoyono tidak mau melakukan kontrak politik dengan warga sebelum dia terpilih. Baginya, kontrak politik antara gubernur dan warga sudah terwakili saat pelantikan dan pengucapan sumpah jabatan.
Alasan tersebut dibenarkan Sekretaris Jenderal DPP PAN Eddy Soeparno. Selama ini, kata dia, banyak politisi yang melakukan kontrak politik dengan warga, tapi jarang yang bisa merealisasikan isi kontrak tersebut.
"Berbagai kontrak politik ditandatangani, dalam pilkada-pilkada sebelumnya, itu juga banyak yang tidak dijalankan, tidak bisa dilaksanakan," kata Eddy di kantor DPP PAN, Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Rabu (18/10/2016).
Selain itu, kata Eddy, warga pun tidak bisa menuntut isi kontrak tersebut secara hukum jika kandidat yang terpilih tidak menjalankannya.
"Daripada Mas Agus menandatangani sekian banyak kontrak politik dan membuat terikat hal-hal tertentu, biarkan mas Agus ini menjalankan kegiatan-kegiatannya , kebijakan kebijakannya sesuai apa yang dirasakan masyarakat Jakarta," ujar Eddy.
Menurut Eddy kontrak politik antara Agus dan masyarakat Jakarta akan terjadi dengan sendirinya saat masyarakat mencoblos nama Agus dan Sylviana Murni pada 15 Februari 2017.
Eddy juga tidak sepakat apabila Agus dikatakan menolak untuk menandatangani kontrak politik yang diajukan warga.
"Bukan menolak, mas Agus memberikan pemahaman bahwa komitmen pribadi lebih berharga daripada di atas secarik kertas. Toh secarik kertas tak berati apa-apa kalau seseorang tidak ada kemauannya juga," kata Eddy.
BERITA MENARIK LAINNYA:
Kok Bisa, Korban Penggusuran Masih Mau Dukung Ahok? Ini Alasannya
Jokowi Payungi Lukas Enembe dan Rini di Papua, Dipuji-puji
Jawaban Warga Petamburan Sekitar Markas FPI Soal Ahok Mengejutkan
Buntut Foto Jessica Selonjoran, Kapolda: Sering di Hotel Kali
Ahok Ceritakan Seorang Ibu Hajah yang Selalu Membelanya
Ahok, Agus, Anies, Siapa Paling Meragukan Jadi Gubernur?
Tag
Berita Terkait
-
Dedi Mulyadi Akui Marketnya Makin Luas Gara-Gara Sering Ngonten, Mau Nyapres?
-
Jatuh Bangun Nasib Ridwan Kamil: Gagal di Jakarta, Kini Terseret Isu Korupsi dan Perselingkuhan
-
Tim RIDO Laporkan KPU ke DKPP dan Minta Pemungutan Suara Ulang, Anies: No Comment!
-
Pilkada DKI: El Rumi Pilih Dharma-Kun, Soroti Masalah Kabel Listrik
-
Cak Lontong 'Ronda' Amankan Suara Pramono-Rano di Masa Tenang Pilkada
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO
-
Wacana 'Go Public' PAM Jaya Bikin DPRD DKI Terbelah, Basri Baco: Ini Dinamika, Normal
-
Bukan Cuma Wacana, Ini Target Rinci Pemindahan ASN ke IKN yang Diteken Presiden Prabowo
-
Polandia Jadi Negara Eropa Kedua yang Kerja Sama dengan Indonesia Berantas Kejahatan Lintas Negara