Suara.com - Seorang remaja asal Arizona yang dianggap FBI sebagai "teroris Amerika" pada Jumat divonis delapan tahun penjara dan masa percobaan seumur hidup karena merencanakan aksi pengeboman di kantor kendaraan bermotor pemerintah.
Orang tua Mahin Khan, 18 tahun, mengatakan anaknya yang kini berstatus terdakwa itu mengidap keterbelakangan mental.
Khan divonis hukuman penjara lebih lama satu tahun dari ancaman minimal dalam persidangan emosional di Phoenix setelah dinyatakan bersalah atas kejahatan yang dilakukan saat masih anak-anak.
Penduduk Tucson itu mengaku bersalah bulan lalu atas tiga kejahatan, diantaranya terorisme, konspirasi aksi terorisme, dan penyalahgunaan senjata.
Jaksa Maricopa County sepakat untuk membuat kisaran hukuman dari tujuh sampai 14 tahun penjara setelah mempertimbangkan pembelaan pihak Khan. Jika mengikuti ketentuan biasanya pelaku dapat dijerat penjara seumur hidup.
Khan yang tampak diborgol dan mengenakan seragam tahanan itu menolak berkomentar saat pembacaan vonis.
Orang tuanya bersama puluhan sanak-saudara beserta pendukungnya meminta keringanan putusan Hakim Dean Fink. Mereka menyatakan terdakwa adalah anak muda yang terbelakang dan memiliki sejarah penyakit mental.
"Saya berharap, hakim dapat melihat kenyataan bahwa ia anak yang bingung dan hilang arah sehingga membutuhkan pertolongan," kata Atif Khan, ayah terdakwa.
Atif menambahkan, terdakwa telah menunjukkan rasa bersalah atas perbuatannya.
Khan yang dianggap orang tuanya mengidap autisme dan kondisi mental seperti anak 12 tahun, ditangkap pada Juli setelah diawasi FBI selama beberapa tahun.
Namun situasinya menjadi cukup serius setelah Khan berbicara ke petugas FBI yang menyamar bahwa dia ingin membunuh ratusan penduduk Arizona. Dia mengaku akan melakukannya sendirian, kata saksi persidangan.
Saksi FBI mengatakan Khan adalah "teroris Amerika" dan setia terhadap ISIS, kelompok ektremis yang menguasai Suriah dan Irak serta mengaku bertanggung jawab atas insiden pengeboman serta serangan senjata di beberapa negara.
Khan didakwa atas kejahatan merencanakan serangan di kantor Divisi Kendaraan Bermotor, Phoenix.
"Tiap warga Arizona berhak untuk merasa aman, siapapun yang mengancam hal itu berhak dipenjara," kata Jaksa Agung Arizona Mark Brnovich di luar ruang sidang. "Saya pikir keadilan telah ditegakkan." (Antara/Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
Terkini
-
Kondisi Terkini Bundaran HI Jelang Malam Tahun Baru 2026, Warga Mulai Merapat
-
Penjualan Terompet Tahun Baru di Asemka Sepi, Pedagang Keluhkan Larangan Kembang Api
-
Prediksi Cuaca Malam Tahun Baru untuk Semua Wilayah di Indonesia
-
Dua Kunci Syahganda Nainggolan Agar Rakyat Kaya dalam 5 Tahun: Upah dan Redistribusi Tanah
-
Diteror Bom Molotov usai Kritik Pemerintah, Ini 7 Fakta Serangan di Rumah DJ Donny
-
Kenapa Penerima Bansos di Kantor Pos Harus Foto Diri dengan KTP dan KK? Ini Penjelasan Dirut PT Pos
-
Figur Publik Kritis Diteror, Koalisi Masyarakat Sipil Serukan Soliditas: Warga Jaga Warga!
-
Malam Tahun Baru, KAI Commuter Tambah 26 Perjalanan KRL Jabodetabek hingga Dini Hari
-
TNI Harus Swadaya Tangani Bencana, Ketua Banggar DPR Desak BNPB Lebih Gesit Koordinasi Anggaran
-
Kortas Tipikor Tetapkan 3 Tersangka Korupsi PJUTS ESDM, Negara Rugi Rp19,5 Miliar!