Partai Solidaritas Indonesia menyayangkan masa kerja Pansus Hak Angket KPK diperpanjang meskipun telah mendapat penolakan dari mayoritas masyarakat Tanah Air.
"Survei SMRC menyatakan 60 sekian persen masyarakat menolak Pansus Hak Angket KPK. Itu kan jumlah (yang) besar sekali. Jadi kami menyayangkan bahwa meskipun respon masyarakat berdasarkan survei tidak setuju, ini malah Pansus diperpanjang," kata Ketua Umum DPP PSI, Grace Natalie di Jakarta, Kamis (28/9/2017).
Grace mengatakan, sejak awal partainya menolak pembentukan Pansus Hak Angket KPK karena pembentukannya maladministrasi. Selain itu, dari berbagai pendapat ahli hukum, kerja Pansus ini dinilai menyalahi aturan lantaran masuk dalam ranah penyidikan KPK.
Lebih jauh, PSI berharap partai-partai pendukung Pansus Hak Angket KPK yang merupakan perpanjangan tangan dari rakyat, mau mendengarkan aspirasi rakyat.
"Kita tidak melihat ada upaya penguatan KPK di dalam Pansus. Yang kita saksikan justru sebaliknya," tegas Grace.
Grace pun menekankan, Presiden Jokowi telah menyatakan komitmennya mendukung KPK. Oleh sebab itu, dia berharap partai pendukung Jokowi yang kadernya masuk dalam Pansus Hak Angket KPK agar juga memiliki komitmen yang sama.
Menurut Grace, jika memang ingin memperkuat KPK, maka seharusnya bisa dicari mekanisme lain yang lebih baik.
"Yang bergulir, Pansus Hak Angket KPK terkesan terkait dengan kasus yang sedang ditangani KPK. Untuk apa diteruskan? Kalau mau diperbaiki, maka mekanismenya kita cari yang lebih baik. Jangan kemudian mau mengurangi kewenangan, mau buat korupsi bukan kejahatan luar biasa. Itu kontraproduktif dengan kerja KPK yang kita butuhkan," jelas dia. (Antara)
Baca Juga: Nasdem Minta Jokowi Tak Dilibatkan di Perpanjangan Pansus Angket
Berita Terkait
-
Logonya Mirip Socialist International, PSI Laporkan 4 Akun Medos
-
PSI Ajukan Gugatan Verifikasi Parpol, Bukan Presidential Treshold
-
Dukung Film Baru G30S/PKI, PSI: Versi Lama Propaganda Orde Baru
-
Soal Film G30S/PKI, Ketum PSI: Ideologi Komunis Sudah Tak Laku
-
Dituduh Komunis, PSI Laporkan Akun Instagram dan Twitter
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Dari Puncak JI ke Pangkuan Ibu Pertiwi: Kisah Abu Rusydan dan Komitmen Deradikalisasi Negara
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
-
Statistik Brutal Dean James: Bek Timnas Indonesia Jadi Pahlawan Go Ahead Eagles di Liga Europa
-
Harga Emas Antam Stagnan, Hari Ini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Poin-poin Utama UU BUMN: Resmi Disahkan DPR RI, Selamat Tinggal Kementerian BUMN
Terkini
-
Santai, Menkum Tak Masalah SK PPP Kubu Mardiono Digugat Kubu Supratmanto, Mengapa?
-
Jenderal Bintang 2 Pengawal Pasukan Perdamaian, Ini Sosok Mayjen TNI Taufik Budi Santoso
-
Soal Tangkap dan Adili Jokowi, Rocky Gerung: Harus Ada Proses, Dimulai di DPR atau Meja Pengadilan
-
Khawatir Kekuatan Disalahgunakan? Pesan Prabowo ke TNI: Jangan Khianati Bangsa dan Rakyat!
-
Dana Hibah Jatim Jadi Bancakan Berjemaah, Proyek Rakyat Cuma Kebagian Ampas
-
Dari Puncak JI ke Pangkuan Ibu Pertiwi: Kisah Abu Rusydan dan Komitmen Deradikalisasi Negara
-
Drama Eks Ketua DPRD Jatim Kusnadi: Pernah Dilaporkan Hilang, Pulang Jadi Tersangka Korupsi Rp32,2 M
-
Rekening Istri dan Staf Pribadi Jadi Penampung Aliran Dana Rp32,2 M Eks Ketua DPRD Jatim Kusnadi
-
Sebut Suku Dayak Punya Ilmu Hitam, Konten Kreator Riezky Kabah Diciduk Polisi di Jakarta
-
Kritik Gus Nadir soal Ambruknya Ponpes Al Khoziny: Kita Kerap Berlindung dari Kalimat 'Sudah Takdir'