Suara.com - Hingga Selasa (26/2/2019), genap 29 hari balita bernama Faeyza Putra Ferdian tak sadarkan diri di rumah sakit. Bayi berusia 9 bulan ini dinyatakan menuju koma oleh tim medis rumah sakit R Syamsudin SH Kota Sukabumi.
Balita Faeyza dirawat di rumah sakit berhari-hari usai mengalami kejang akibat radang selaput otak (meningitis) serta gangguan paru-paru yang dideritanya.
Mata anak kedua dari pasangan Andreas Ferdian dan Nela Sari ini harus ditutup karena sejak Senin siang terus membuka (melek), sehingga harus ditutup untuk menghindari infeksi debu atau kotoran lainnya.
"Belum merespon, tangan dan kakinya mulai bengkok,” ujar Andreas seperti dikutip dari Sukabumiupdate.com Selasa (26/2/2019).
Saat ini seluruh biaya penobatan balita malang ini sudah ditanggung negara melalui JKN BPJS. Namun BPJS baru didapatkan sejak tanggal 18 Februari 2019 silam, atau setelah berhari-hari balita itu dirawat di rumah sakit.
“Untuk biaya pengobatan sebelum BPJS aktif menjadi tagihan yang harus kami bayar nanti setelah proses perawatan ini selesai. Tagihan di RS Syamsudin mencapai Rp 22 juta," ungkap Andreas.
Andreas mengaku selama anaknya di rumah sakit, banyak barang milik keluarganya yang sudah dijual untuk biaya perawatan RS Betha Medika sebelum dirujuk ke RS Syamsudin.
"RS Syamsudin meminta kami tidak terlalu terbebani dengan tagihan tersebut, dan lebih fokus pada upaya penyembuhan Raeyza, tadi juga sudah difasilitasi oleh Wakil Ketua DPRD Kota Sukabumi," ujarnya lagi.
Orang tua balita malang ini dikunjungi oleh Tatan Kustandi Wakil Ketua DPRD Kota Sukabumi.
Baca Juga: Guru Olahraga Cabuli Puluhan Pelajar SD Saat Ganti Baju
“Saya dapat videonya semalam, terus pagi ini saya ke Bunut untuk bertemu orang tua balita ini dan manajemen rumah sakit. Walaupun warga kabupaten tapi keluarganya sempat ke rumah untuk konsultasi, secara kemanusiaan saya ke sini ingin memastikan pelayanan rumah sakit tetap maksimal dan tidak terganggu dengan tagihan perawatan sebelum dicover oleh BPJS,” jelas Tatan.
Jamkesda Dicabut
Masalah tunggakan perawatan ini, juga mendapat sorotan dari aktivis GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia) Jawa Barat.
"Ini akibat kebijakan Jamkesda yang dicabut oleh pemerintah daerah setempat. Jamkesda yang merupakan alokasi APBD untuk kesehatan publik yang sangat diperlukan oleh masyarakat, terutama kalangan pra sejahtera," jelas Sekjen GMNI Jawa Barat Dewek Sapta Anugrah kepada Sukabumiupdate.com, Selasa (26/2/2019).
Kasus tunggakan biaya rumah sakit sebelum dicover BPJS seperti dialami keluarga bocah Raeyza, menurut Dewek merupakan cerminan dari tidak maksimalnya Pemerintah Kabupaten Sukabumi soal pelayanan kesehatan masyarakat.
"Kita semua tahu Pemkab Sukabumi mencabut kebijakan Jamkesda dengan Surat Edaran Bupati Sukabumi Nomor : 440/8204 bertanggal 30 November 2018 lalu, ini salah satu dampaknya," ujar dia.
Walaupun niat dari kebijakan tersebut merupakan upaya mengintegrasikan Jamkesda ke JKN-KIS, sesuai aturan pemerintah, namun harus ditimbang dengan kesiapan di lapangan.
"Banyak pemegang kartu Jamkesda atau masyarakat pra sejahtera yang belum tercover JKN-KIS, ini nasibnya gimana? harus berutang tagihan perawatan ke rumah sakit," pungkas Dewex.
Berita Terkait
-
Ratusan WNA di Sukabumi dan Cianjur Punya KTP, Begini Penjelasan Imigrasi
-
Sosialisasi Pelayanan Rujukan BPJS, RS Siloam Diskusi Bareng Dokter FKTP
-
Pakar Pidana: Suami Pembunuh Istri dan Anak Bisa Dihukum Mati
-
Korban Kebakaran Sukabumi, Ayah Ibu dan Anak Ditemukan Tewas Berangkulan
-
Kebakaran Rumah di Sukabumi, Ayah, Ibu dan Anak Tewas Terbakar
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
Terkini
-
Bukan Kursi Menteri! Terungkap Ini Posisi Mentereng yang Disiapkan Prabowo untuk Mahfud MD
-
Jerit Konsumen saat Bensin Shell dan BP Langka, Pertamina Jadi Pilihan?
-
Warga Jakarta Siap-siap, PAM Jaya Bakal Gali 100 Titik untuk Jaringan Pipa di 2026
-
Maling Santuy di SMAN 5 Bandung! Wajah Terekam CCTV, Gondol Laptop Saat Siswa Belajar di Lab
-
IPO PAM Jaya, Basri Baco Ingatkan Nasib Bank DKI: Saham Bisa Anjlok, Negara Rugi
-
Pemuda di Cilincing Dibunuh karena Masalah Cewek, Pembunuhnya Sempat Kabur ke Bengkulu
-
"Kita Rampok Uang Negara!", Viral Ucapan Anggota DPRD Gorontalo, BK Duga Pelaku Mabuk Berat
-
Pupuk Indonesia Sediakan 11.384 Ton Pupuk Subsidi di Sultra, Sambut Musim Tanam
-
Viral Seruan Stop Tot Tot Wuk Wuk, Kakorlantas Polri Ngaku Larang Anak Buah Pakai Strobo: Berisik!
-
Kolaborasi Haji Robert dan Universitas Binawan Buka Pintu Dunia untuk Anak Yatim dan Yatim Piatu