Suara.com - Ada empat pulau gambut di Provinsi Riau terancam tenggelam jika tak segera diselamatkan akibat abrasi hempasan ombak Selat Malaka. Pulau tersebut dua di Kabupaten Bengkalis antara lain Pulau Bengkalis dan Rupat.
Kemudian ada di Kepulauan Meranti yakni Pulau Rangsang dan Kabupaten Rokan Hilir, Pulau Batu Mandi.
Akhir Juni 2019 lalu, sebuah penelitian kemudian menjadi penting disampaikan kepada publik mengenai ancaman tenggelamnya Pulau Bengkalis, Provinsi Riau, akibat abrasi ombak Selat Malaka.
Penelitian itu disampaikan Guru Besar Universitas Yamaguchi, Jepang, Profesor Koichi Yamamoto, bekerjasama dengan Universitas Riau (Unri). Seketika penelitian itu memantik keresahan masyarakat di Riau. Pemerintah Pusat pun langsung menggelar beberapa kali rapat mengatasi abrasi yang mengkhawatirkan itu.
Termasuk menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman (Kemenko Maritim) pada Selasa, 16 Juli 2019, di kantor kementerian tersebut.
Dilansir dari laman Facebook Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead, rakor tersebut dipimpin langsung oleh Menko Kemaritiman Luhur Binsar Panjaitan dan Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil, Gubernur Riau Syamsuar, Kepala BNPB Doni Munardo, Kepala BPPT, Dirjen PPKL KLHK, Wakil KSAL, KKP, Kemendes dan LIPI membahas upaya pencegahan abrasi di pulau-pulau gambut di Provinsi Riau.
"Pemerintah serius memperhatikan nasib pulau-pulau gambut terluar, di samping intervensi fisik juga dimasukkan komponen pemberdayaan ekonomi masyarakat/petani gambut dalam rencana aksi akan disusun oleh BPPT dalam dua minggu ini atas masukan Kementerian dan Lembaga terkait," tulis Nazir Foead sebagaimana dikutip Riauonline.co.id__jaringan Suara.com.
Dalam penelitiannya, Koichi menjelaskan, gambut di Pulau Bengkalis mengalami longsor atau peat slide serta terburai ke laut atau bog burst. Pemicu proses ini, selain deforestasi dan alih guna lahan gambut, juga akibat masifnya kanalisasi sebagai upaya drainasi dalam pembangunan perkebunan dan hutan tanaman inustri (HTI).
Ahli Enviromental Engineering dan Sediment Transport Jepang telah melakukan penelitian selama enam tahun terakhir di Pulau Bengkalis, satu dari empat pulau berada di pesisir Riau, tepat berlokasi di bibir Selat Malaka.
Baca Juga: 80 Hektare Lahan Gambut Terbakar di Mempawah, Petugas: Kami Kewalahan
Dalam diskusi tersebut, Yamamoto menyoroti aspek penting ia jumpai di lapangan antara lain peat failure dan dampaknya bagi pulau-pulau gambut di Riau, termasuk Pulau Bengkalis. Masifnya kanalisasi sebagai upaya drainasi dalam pembangunan perkebunan dan HTI juga penyumbang terbesar ancaman itu.
"Kanal-kanal mengiris kubah gambut dan mengoyak keutuhan lahan gambut. Akibatnya, ketika hujan deras turun bongkahan-bongkahan gambut longsor dan terburai ke arah laut," jelasnya.
Proses ini, katanya, sangat degeneratif dan mengancam eksistensi pulau-pulau gambut dalam jangka panjang. "Melalui proses ini, daratan pulau gambut bisa lenyap dengan laju mencapai 40 meter per tahun," tuturnya.
Pemberian Izin HTI
Sementara itu, peneliti gambut Riau lulusan doktor universitas di Jepang, Dr Prayoto mengatakan, ia setuju dengan hasil penelitian Koichi. Meskipun ia belum membaca artikel utuh hasil penelitian Koichi, namun Prayoto menjelaskan, abrasi di pesisir Riau kian mengkhawatirkan.
Bahkan, ancaman abrasi tak hanya berlaku di Pulau Bengkalis, namun juga pulau-pulau lainnya di pesisir Riau dan berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Seperti Pulau Rupat, juga masuk dalam Kabupaten Bengkalis dan pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Berita Terkait
-
Bermalam di Nikoi Resort, Menikmati Serpihan Surga di Bintan, Ini Tarifnya
-
5 Destinasi Alam di Riau, Cocok untuk Liburan Bersama Keluarga
-
Tragis, Kakak Tewas Tenggelam Demi Selamatkan Adik di Danau Kampar
-
KKP Tangkap Kapal Malaysia, Tak Satupun Mengaku Sebagai Nakhoda
-
Ngeri, Warga Riau Tangkap Buaya Raksasa, Saat Dibelah Isinya Kaki Manusia
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Melengos Tak Disalami, Heboh SBY Cueki Kapolri Listyo Sigit di HUT TNI, Publik Curigai Gegara Ini!
-
Dipotong Rp15 Triliun, Jakarta Alami Pemangkasan Dana Transfer dari Pusat Paling Besar
-
KPK Pulangkan Alphard yang Disita dari Eks Wamaneker Noel, Kok Bisa?
-
Prabowo Singgung Kerugian Tambang Ilegal Rp300 Triliun, Gestur Bahlil Colek Rosan Jadi Sorotan!
-
Perkara Diklakson, Anggota Ormas Gebuki Warga di Kramat Jati: Dijenggut, Diseret hingga Bonyok!
-
Menkeu Purbaya Temui Pramono di Balai Kota, Apa yang Dibahas?
-
Keuntungan PAM JAYA jika Berubah Status Perseroda, Salah Satunya Ini!
-
Kemenpar Gelar SEABEF 2025, Forum Perdana Bahas Industri Event Asia Tenggara dan Tantangannya
-
Uji Keabsahan Penangkapan, Sidang Praperadilan Delpedro Cs Bakal Digelar 17 Oktober
-
Dosen Filsafat Ungkap: Media Sosial Jadi Arena Politik Baru Generasi Z