Suara.com - Rombongan pengungsi Rohingnya harus terombang-ambing di lautan setelah kapal yang mereka tumpangi ditolak menepi oleh Malaysia karena dikhawatirkan membawa virus corona, Selasa (28/4/2020).
Dilansir Time, Rabu (29/4/2020), sekitar 500 orang Rohingnya yang lolos dari pembersihan etnis di Myanmar itu menaiki dua kapal pukat milik nelayan. Mereka melarikan diri dari kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
Para pengungsi Rohingnya itu telah melintasi Teluk Bengal dan Laut Andaman, demi menemukan negara yang mau menampung keberadaan mereka.
Setelah Malaysia terang-terangan menolak, Bangladesh juga dikabarkan enggan menerima mereka kembali. Rombongan pengungsi yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak itu kini terombang-ambing di lautan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Lembaga Hak Asasi Manusia, dan Amnesty Internasional menyerukan pihak manapun untuk bersedia menerima mereka dan memberikan pasokan makanan.
Setelah berhari-hari melakukan perjalanan di laut, para pengungsi Rohingnya itu diprediksi tengah dalam keadaaan haus dan lapar.
"Kami menyerukan kepada Bangladesh dan Malaysia, serta negara-negara pantai lainnya di kawasan itu untuk menemukan solusi untuk masalah ini," kata Pia Oberoi, penasihat senior bagian migrasi dan hak asasi manusia PBB.
"Sekitar 500 orang di kedua kapal berada dalam risiko," tambahnya sebagaimana dilansir dari Time, Rabu (29/4/2020).
Pandemi Covid-19 membuat kehidupan para pengungsi semakin terancam. Pasalnya, berbagai negara kini telah memfokuskan diri untuk menangani wabah virus Corona dan memastikan warganya terlebih dulu aman, sebelum mengurusi masalah pengungsi.
Baca Juga: Ya Tuhan! Puluhan Warga Rohingya Tewas Kelaparan di Laut Saat Corona
Berita Terkait
-
Ya Tuhan! Puluhan Warga Rohingya Tewas Kelaparan di Laut Saat Corona
-
Tak Ada Jalan Keluar, Pengungsi Rohingya dan Somalia Terjepit Corona
-
Di Pengadilan Internasional, Suu Kyi Bantah Tuduhan Genosida Rohingya
-
Asal Tak Banyak Permintaan, Myanmar Jamin Keamanan Repatriasi Rohingya
-
Bertemu Dubes Myanmar, Ma'ruf Singgung Soal Repatriasi Etnis Rohingya
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
Terkini
-
Buntut Putusan MK, Polri Tarik Irjen Argo Yuwono dari Kementerian UMKM, Ratusan Pati Lain Menyusul?
-
Halim Kalla Diperiksa 9 Jam Terkait Korupsi PLTU Mangkrak Rp1,35 Triliun
-
Cegah Lonjakan Harga Jelang Nataru, Prabowo Minta Ganti Menu MBG dengan Daging dan Telur Puyuh
-
Cegah Inflasi Akibat MBG, Pemerintah Rencanakan Pembangunan Peternakan dan Lahan Pertanian Baru
-
Remaja Perempuan Usia 15-24 Tahun Paling Rentan Jadi Korban Kekerasan Digital, Kenapa?
-
Vonis Tiga Mantan Bos, Hakim Nyatakan Kerugian Kasus Korupsi ASDP Rp1,25 Triliun
-
Selain Chromebook, KPK Sebut Nadiem Makarim dan Stafsusnya Calon Tersangka Kasus Google Cloud
-
Bikin Geger Tambora, Begal Sadis Ternyata Sudah Beraksi 28 Kali, Motor Tetangga Pun Disikat
-
Ketum Joman 'Kuliti' Isu Ijazah Jokowi: Ini Bukti Forensik Digital, Roy Suryo Kena UU ITE!
-
Korupsi Taspen Rugi Rp1 T, Kenapa KPK Cuma Pamer Rp883 M? Ini Jawabannya