Suara.com - Inggris menjadi salah satu negara di Eropa yang memiliki jumlah kasus positif virus corona terbanyak di Eropa. Hingga kini menduduki urutan ke-5 setelah Prancis.
Inggris juga menjadi salah satu negara di urutan kedua di Eropa dengan jumlah kasus kematian terbanyak di Eropa, dilansir dari Al Jazeera.
Menurut data Public Health England (PHE), sekitar 26.097 orang di Inggris telah meninggal setelah dinyatakan positif COVID-19 pada 28 April.
Angka tersebut termasuk 3.811 kematian tambahan yang diumumkan paling baru. Data tersebut diambil pada hari Selasa, 28 April 2020.
Menteri Luar Negeri Dominic Raab, mengatakan ada 756 lebih banyak kematian di semua pengaturan yang dilaporkan pada Selasa dibandingkan di sehari sebelumnya.
Laporan tersebut membuat Inggris menjadi negara yang memiliki lebih banyak kasus kematian akibat COVID-19 daripada laporan resmi yang disampaikan oleh Perancis atau Spanyol.
"Kita tidak boleh melupakan fakta bahwa di balik setiap statistik ada banyak nyawa manusia yang secara tragis telah pergi sebelum waktunya," kata Raab dikutip dari Al Jazeera.
"Kami masih melewati puncak dan saat ini adalah waktu yang sulit dan berbahaya dalam krisis ini." tambahnya.
Pemerintah Inggris juga dikritik keras atas penanganannya terhadap krisis COVID-19 ini, tidak terkecuali atas penyediaan alat pelindung diri (APD) ntuk tenaga medis.
Baca Juga: Lucinta Luna dan Vitalia Sesha Segera Disidang
"Kami juga memberikan penghormatan, tentu saja kepada mereka yang merawat pasien, dan kemarin pukul 11:00 pagi seluruh negeri mengheningkan cipta satu menit, momen untuk merefleksikan pengorbanan semua garda terdepan kami yang telah meninggal sambil membaktikan diri untuk merawat orang lain dan melayani orang lain," kata Raab.
Angka kematian yang meningkat ini tentu membuat banyak tekanan pada Perdana Menteri Boris Johnson, yang baru saja merayakan kelahiran putra pertamanya.
Salah satu yang memberikan kritik keras adalah Pemimpin Partai Buruh oposisi, Keir Starmer. Ia mengkritik respons Perdana Menteri Johnson yang berbicara tentang "keberhasilan nyata" Inggris dalam menangani virus corona dalam pidatonya saat kembali bekerja setelah sembuh dari COVID-19.
"Jauh dari kesuksesan, angka-angka terbaru ini benar-benar mengerikan," ujar starmer, merujuk pada data yang diterbitkan sebelumnya.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Pengamat: Sikap Terbuka Mendagri Tito Tunjukkan Kepedulian di Masa Bencana
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan