Suara.com - Fotografer Spencer Murphy berbicara tentang foto-foto yang diabadikannya selama karantina wilayah atau lockdown di Inggris.
Beberapa hari sebelum pemerintah Inggris memberlakukan lockdown, saya mengendarai mobil ke distrik terdekat untuk berbelanja.
Ketika mobil melaju, lagu What A Wonderful Worlddari Louis Armstrong terdengar dari radio.
Dan pada momen itulah, saya melihat tiga orang mengenakan masker dan sarung tangan pelindung: seorang ibu dan anaknya menunggu di halte bus, dan ketika seorang remaja bersepeda melaju ke arah lain.
Saya menoleh ke istri saya untuk berkomentar dan dia meneteskan air mata.
Itulah salah satu pengalaman paling nyata dalam hidup saya, dan saat itulah saya tahu dan kemudian saya mencoba dan mendokumentasikan hari-hari yang janggal ini.
Saya mendapati diri saya tengah membidik warga serta perlengkapannya yang terasa sangat simbolis saat pandemi Covid-19.
Saya ingin foto-foto membuat Anda seolah-olah Anda lalu-lalang sepanjang jalan-jalan kota, seolah-olah terlihat dari kendaraan yang bergerak - potongan-potongan kehidupan singkat di tengah krisis - seperti yang saya alami pada hari pertama itu.
Merespons kehidupan di luar jendela adalah cara yang lazim buat saya, jadi hal ini tampak seperti reaksi alami tetapi saya tidak menganggapnya secara serampangan.
Baca Juga: Salip Inggris, Rusia Peringkat 3 Jumlah Kasus Corona Terbanyak di Dunia
Saya memahami bahwa masyarakat di luar sana merasa cemas dan rentan, dan saya memiliki teman-teman yang bekerja di lembaga pelayanan kesehatan Inggris (NHS) yang sudah berkorban secara luar biasa.
Jadi saya mencoba berkarya di jalanan dengan berjalan kaki dan berkendara, sambil menjaga jarak aman, membatasi diri, serta tetap menghormati subyek yang saya foto.
Hal ini tidak gampang, namun ini juga tentang kehangatan dan perasaan bahagia untuk memelihara kontak sesama manusia, walaupun dalam rentang waktu pendek, berjarak setidaknya enam kaki jauhnya dan tertutup masker.
Sebelum pandemi melanda, saya membuat film dokumenter pertama saya tentang sebuah komunitas di London timur, yang baru setengah jalan, dan harus terhenti saat ini.
Sangat menarik untuk melihat bagaimana masyarakat berkembang di bawah kebijakan pembatasan ini dan bagaimana tetangga yang semula terlihat asing kini terasa lebih dekat dari sebelumnya, walau mereka jauh secara sosial.
Menyaksikan perubahan perilaku manusia, kadang-kadang menjadi lebih baik, terkadang menjadi lebih buruk, sekaligus menginspirasi dan meresahkan.
Berita Terkait
-
Keluyuran di Taman saat Inggris Lockdown, Boris Johnson Dapat Acungan Jari
-
Gara-gara Corona, Inggris Terancam Resesi Ekonomi Terburuk dalam 300 Tahun
-
Pria Temukan Gua Rahasia Berusia 120 Tahun saat Lockdown, Ini Isinya
-
Virus corona: Nasib TKI di Inggris saat 'lockdown' - 'Tak bisa kerja, utang untuk makan membengkak'
-
Seperlima Anak-anak di Britania Raya Alami Kelaparan Selama Lockdown Corona
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
Terkini
-
Detik-detik Puting Beliung di Bogor Terbangkan Sayap Pesawat 300 Meter hingga Timpa Rumah Warga
-
Ribuan Buruh KSPI Demo di Monas, Tuntut Dedi Mulyadi Kembalikan Kenaikan UMSK Jabar
-
Pilunya Bupati Aceh Utara: Warga Kami Hanyut tapi Tidak Viral, Presiden Belum Pernah Hadir!
-
4.839 Rumah Hilang, Bupati Aceh Tamiang Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap
-
Malam Tahun Baru 2026 di Jakarta Usung Doa Bersama dan Donasi Korban Bencana
-
Erros Djarot: Taufiq Kiemas Sosok Paling Gigih Dorong Megawati jadi Pemimpin Indonesia
-
Butuh Alat Berat, Bupati Aceh Tamiang: Petani Kami Nekat Tetap Menanam Meski Sawah Tertimbun Lumpur
-
Tak Ada Toleransi, Polda DIY Cabut Seluruh Izin Pesta Kembang Api di Jogja
-
Pramono Anung Putihkan 6.050 Ijazah Warga Jakarta, Ada yang Tertahan hingga 17 Tahun
-
Kapolri Peringatkan 10 Ancaman Global Dekade Mendatang, Cuaca Ekstrem Paling Nyata Dampaknya