News / Nasional
Minggu, 01 November 2020 | 15:21 WIB
Fadli Zon saat menyebut agen provokator dalam demo omnibus Law. (YouTube/Fadli Zon Official)
  • Senjata dan peluru 282,029 Kg, senilai USD 71,9 juta setara Rp 1,04 triliun.
  • Pulp and waste paper 111,8 juta kg, senilai USD 45,9 juta setara Rp 669 miliar.
  • Kedelai 120.743 kg nilainya USD 73.370 setara Rp 1,07 miliar.
  • Mentega 286.790 kg nilainya USD 238 juta setara Rp 3,4 triliun.
  • Mesin dan motor termasuk suku cadang 699.281 kg senilai USD 436 juta setara Rp 6,3 triliun.
  • Produk kesehatan dan farmasi sebanyak 681.044 kg, nilainya USD 33,9 juta setara Rp 494,6 miliar.

Seruan pemboikotan tersebut juga menampilkan berbagai jenis produk, mulai dari kosmetik, fashion, makanan, otomotif, hingga energi.

Adapun brand fashion produk Prancis yang laris di Indonesia adalah Louis Vuitton, Chanel, Hermes, Mont Blanch, Givenchy, Yves Saint Laurent, dan lainnya. Selain itu, produk kecantikan L’Oreal dan Garnier, yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia juga ikut terjaring seruan pemboikotan.

Sementara untuk produk makanan asal Prancis, yaitu Danone dan Kraft yang banyak terlihat pada gerai minimarket dan supermarket. Kemudian pada sektor otomotif ada Renault dan Peugeot, sedangkan Total dan Elf mewakili dari sektor energi domestik.

Pengaruhnya Bagi Indonesia

Pengamat ekonomi sekaligus Dosen Perbanas Institute, Piter Abdullah memastikan bahwa gerakan boikot produk Prancis tidak akan berpengaruh banyak kepada Indonesia, baik dari sisi investasi maupun ekspor impor. Karena produk-produk Indonesia sendiri tidak banyak yang bisa menjadi substitusi produk Prancis.

Alasannya adalah, produk asal Indonesia belum tepat untuk dijadikan sebagai pengganti barang-barang Perancis yang sering digunakan sebagai gaya hidup.

Itulah daftar produk Prancis di Indonesia yang ikut diseret-seret dalam seruan pemboikotan.

Load More