Suara.com - Kota Bandung diciptakan untuk ditinggali manusia dari berbagai latar belakang. Karena kehidupan multikultural itu telah menjelma menjadi nafas kehidupan warga kota, setiap orang telah terbiasa berhadapan dengan perbedaan paradigma dan pandangan. Maka di kota ini, keanekaragaman adalah sebuah keniscayaan, termasuk dalam hal kepercayaan terhadap Dzat Tunggal pencipta alam semesta.
Di sisi lain, dinamika dan interaksi yang intens diantara anggota masyarakat juga menimbulkan risiko segragasi dan konflik, apalagi dipicu dengan adanya sekelompok orang yang memaksakan kehendak dan paham yang secara sepihak diyakininya.
Yayasan Manusia Welas Asih Semesta (MAWAS) yang berdiri pada 10 Juni 2021 berusaha untuk hadir untuk melengkapi berbagai inisiatif yang sebelumnya telah ada dalam upaya membangun peradaban yang berbasis nalar, toleran terhadap kebhinnekaan, menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan kebaikan universal untuk menjadi rahmat bagi alam semesta, khususnya di Kota Bandung.
MAWAS turut mendukung terwujudnya masyarakat sadar risiko bersama Perkumpulan Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) untuk mensosialisasikan kesadaran risiko kepada masyarakat di bidang kesehatan, sosial, lingkungan, keberagaman dan hak asasi manusia.
“Kami bukan yang pertama, kami hanya ingin turut berkontribusi dan memperkaya inisiatif-inisiatif yang telah ada,” demikian penjelasan Ketua Yayasan MAWAS Kurniawan Saefullah dalam keterangan tertulis seusai acara Bincang Santai dan Silaturahmi Masyarakat Sadar Risiko Untuk Mencegah Intoleransi Dan Dekulturasi Budaya Lokal.
Dalam sambutannya, Kurniawan menambahkan, sebagai suatu solusi, mungkin yang diperlukan pada saat ini adalah masyarakat yang sadar risiko sehingga dapat melakukan mitigasi, minimal pemilahan informasi dan selalu berada di depan keberagaman.
Dalam sesi bincang santai tersebut, Kurniawan menyampaikan nama MAWAS sendiri merupakan refleksi dari keinginan organisasi tersebut untuk memotivasi masyarakat agar senantiasa mawas diri, menjadi pribadi yang memahami risiko atas pikiran, perasaan dan perbuatannya sebagai warga negara, tidak akan dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada orang lain dan kenyataan masyarakat yang majemuk.
Ia berharap, MAWAS dapat bersama-sama dengan komunitas lain berjejaring dan berkolaborasi mewujudkan masyarakat yang bertanggung jawab. Selain itu, pribadi yang mawas menurutnya juga merupakan pribadi yang bertanggung jawab atas segala pikiran, perasaan dan tindakan yang dilakukan. Beberapa contoh yang diangkat seperti perokok, yang diharapkan mampu menyadari risiko dampak yang ditimbulkan pada masyarakat luas sehingga mampu menjadi perokok yang bertanggung jawab.
Selain itu perokok yang mulai mawas juga bisa mempertimbangkan untuk beralih ke alternatif yang lebih rendah risiko baik untuk dirinya, ataupun risiko paparan asap ke orang-orang di sekitarnya. Begitupula pengemudi, yang sebaiknya mengerti risiko dari aktivitasnya sehingga dapat mengemudi kendaraan dengan kesadaran penuh dan tidak melakukan tindakan berisiko seperti mengebut atau melanggar lampu lalu lintas.
Baca Juga: Intoleransi Laktosa di Indonesia Tinggi, Bisakah Oatmilk Jadi Alternatif?
Acara yang digelar di Lakipadada Spot Bandung tersebut mengundang para tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang selama ini mengusung semangat kebangsaan dan kebhinnekaan, lintas budaya dan lintas keyakinan, terutama di Kota Bandung. Dalam acara tersebut, hadir Sam Bimbo, Wawan Gunawan, Pendeta Obertina Johanis dan Budi “Dalton” Setiawan yang menjadi pemantik diskusi dan mengawali silaturahmi antar jejaring lintas kultur dan agama. Mereka memantik bincang-bincang kebersamaan dan keakraban yang diselenggarakan di Kawasan Bandung tersebut.
Sam dan Acil Bimbo bercerita mengenai perubahan yang terjadi dari masa ke masa, bagaimana infrastruktur juga mempengaruhi budaya dan pola interaksi. Acil Bimbo menekankan pentingnya bangsa Indonesia membangun karakter kebangsaan. Sementara budayawan Bandung, Budi Dalton menyerukan masyarakat supaya juga memperhatikan perubahan lingkungan dalam melestarikan budaya, karena keduanya saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Pendeta Obertina menceritakan pengalamannya dalam melakukan advokasi terhadap kasus-kasus intoleransi di Kota Bandung dan Jawa Barat. Hal ini dikonfirmasi oleh tokoh agama Wawan Gunawan yang bersama-sama jaringan kerjasama antar umat beragama memperjuangkan hak-hak minoritas yang semakin dipinggirkan karena ada paham yang intoleran terhadap kebebasan beribadah orang lain.
Dalam acara tersebut hadir perwakilan dari 26 organisasi yang memiliki tujuan selaras dengan Mawas Centre. Acara ini ditutup oleh doa bersama yang dipimpin oleh Direktur Eksekutif MAWAS Centre, Dimas Ranadireksa dan diikuti oleh untaian doa dan harapan dari para penganut agama dan kepercayaan yang hadir.
Berita Terkait
-
Mengenal Intoleransi Alkohol, Gejalanya Lebih Parah dari Mabuk!
-
Moderasi Beragama, Cara Baru Indonesia Bendung Terorisme, Maksudnya Apa?
-
Sopan Santun Tongkrongan yang Terlupakan
-
Pengamat Saiful Mujani: Pengeroyokan Ade Armando Bentuk Krisis Toleransi di Masyarakat
-
Khawatir Anak Alergi Makanan, Begini Cara Mendeteksinya saat Menyapih!
Terpopuler
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- Pembangunan Satu Koperasi Merah Putih Butuh Dana Rp 2,5 Miliar, Dari Mana Sumbernya?
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Bukan Soal Kontroversi, Ini Alasan Soeharto Disebut Layak Dihargai Sebagai Pahlawan Nasional
-
Surya Paloh Bicara Soal PAW Usai Sahroni dan Nafa Urbach Disanksi MKD, Begini Katanya
-
Peringati Hari Pahlawan Besok, Mensos Ajak Masyarakat Mengheningkan Cipta Serentak
-
KPAI: SMAN 72 Bakal Belajar Online, Prioritaskan Pemulihan Psikologis Siswa Usai Ledakan
-
Dinas Pendidikan: SMAN 72 Jalani PJJ Sementara Usai Ledakan, Sekolah Masih Dalam Proses Sterilisasi
-
Menko PMK Pratikno Ajak Masyarakat Aktif Perangi TBC: Cegah Indonesia Jadi Peringkat Satu Dunia!
-
Terungkap! Bocah Bilqis Diculik Saat Main, Dijual Rp3 Juta di Facebook, Ditemukan Selamat di Jambi
-
Pelaku Penembakan Hansip Cakung Ditangkap saat Kabur ke Lampung, Polisi Buru Rekannya
-
Fun Walk DPD RI Catat 2 Rekor MURI, 9 November Ditetapkan Sebagai Green Democracy Day
-
Gus Ipul Pastikan Korban Ledakan SMAN 72 Mulai Membaik, Sejumlah Siswa Sudah Bisa Pulang