Suara.com - Seorang pengamat pertahanan mengatakan peluncuran-peluncuran rudal yang dilakukan secara intensif oleh Korea Utara dalam beberapa pekan terakhir merupakan sebuah upaya “flexing” atau pamer tetapi tidak memiliki potensi masif untuk mengancam keamanan di tingkat kawasan.
Pengajar di Universitas Pertahanan Indonesia, Dr. Ade Muhammad, menjelaskan bahwa peluncuran rudal balistik, yang ditakuti banyak pihak akan diikuti oleh uji coba senjata nuklir, merupakan sebuah rutinitas bagi Korut. Insiden-insiden yang tercatat sepanjang tahun ini pun diprediksi sebagi sebuah upaya untuk pamer kekuatan.
“Flexing,” ujar Ade saat ditemui di sela-sela acara Indo Defence Expo & Forum 2022 di Jakarta. Ia menambahkan bahwa meskipun jumlah peluncuran rudal tahun ini tercatat lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tetapi aktivitas ini rutin dilakukan oleh pemerintahan Kim Jong Un.
“Tidak hanya tahun ini, [uji coba tahun-tahun] sebelumnya juga harus dicatat … dan tidak hanya sekali.”
Ade menekankan publik perlu memahami kebiasaan atau kultur di antara negara-negara Asia dan bahwa agresivitas yang ditunjukkan Korut dalam beberapa waktu terakhir merupakan bagian dari cara Asia atau “Asian way”.
“Kita mempunyai yang namanya ‘Asian way’. Contohnya, Korut itu kan secara teknis masih perang tetapi mereka tidak [benar-benar] berperang. Sejak [penetapan] zona demiliterisasi selesai, Korut tidak berperang, dan Korea Selatan juga tidak memprovokasi,” ujar Ade.
Zona demiliterisasi (DMZ) yang dimaksud Ade merupakan wilayah yang melintasi Semenanjung Korea dan menjadi daerah penyangga antara Korut dan Korsel. DMZ Korea ini ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata kedua negara pada tahun 1953.
Ade juga menjelaskan bahwa dalam situasi kini, tidak ada urgensi yang mendorong Korut untuk memulai perang dengan Korsel maupun negara lain di kawasan.
“Korut itu sudah nyaman menjadi mafia, [menjadi] tempat menyembunyikan uang, [menciptakan] uang palsu… Menjadi negara yang demikian saja sudah cukup untuk mereka,” kata Ade.
Konflik China-Taiwan Lebih Mendesak
Selain tensi yang meningkat di Semenanjung Korea, kawasan Asia juga menghadapi ancaman lain dalam bentuk konflik antara China dan Taiwan. Di tengah wacana reunifikasi yang terus mengemuka, kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, ke Taiwan pada Agustus lalu menambah kekhawatiran banyak pihak mengenai respons yang akan diberikan oleh China.
Menurut Ade, jika akhirnya “pecah”, konflik China-Taiwan akan membawa dampak yang jauh lebih besar ketimbang konflik kedua negara Korea.
“[Dampak] ekonominya lebih dahsyat daripada militernya,” ujar Ade. “[Selain itu,] keamanan dalam negeri kita [akan] bermasalah. Terorisme muncul dan banyak orang miskin.”
Meski demikian, ahli pertahanan itu menyebut kemungkinan terjadinya perang terbuka masih tetap kecil, karena semua negara yang terlibat masih memiliki agenda dan kepentingan masing-masing.
“Ketika China menyerbu Taiwan, makan chip 3 nanometer, yang dipasok dan hanya bisa dipasok Taiwan, akan berhenti dipasok. Artinya apa? Ponsel China tidak bisa bekerja karena kehilangan pasokan spare part canggih,” terangnya.
Tag
Berita Terkait
-
Kunjungi Pameran Indo Defence 2022, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Kemudikan Rantis Elektrik Morino MV Cruiser
-
Pejabat Keamanan AS Sebut Korut Diam-diam Pasok Peluru Artileri untuk Rusia
-
Lagi, Rudal Korut Lintasi Wilayah Jepang, Otoritas Minta Warga Berlindung
-
Diikuti 59 Negara, Jokowi Tinjau Pameran Indo Defence 2022 di JIExpo Kemayoran
-
Melihat Beragam Alat Tempur Modern di Pameran Indo Defence 2022
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Pemerintah Tegaskan Pasal 8 UU Pers Sudah Jamin Perlindungan Hukum bagi Wartawan
-
Gibran Pimpin Upacara Pemakaman Istri Wapres ke-4: Hormat Terakhir untuk Karlinah
-
SK Baru Menkum, Agus Suparmono jadi Waketum Dampingi Mardiono di Pucuk PPP
-
Geger Udang Cikande Terpapar Radioaktif, Waka MPR Eddy Soeparno: Ini Bukan Hal Ringan!
-
DAS Ciliwung Jadi Lokasi Aksi Bersih PLN dan KLH: Angkut 176 Kg Sampah dan Tanam 2.500 Pohon
-
Adik Jusuf Kalla dan Eks Dirut PLN Jadi Tersangka Korupsi PLTU Mangkrak Rp 1,35 Triliun
-
Prajurit Gugur saat Persiapan HUT TNI di Monas, Pratu Johari Patah Tulang usai Jatuh dari Atas Tank
-
Monas Banjir Sampah Usai Puncak HUT ke-80 TNI: 126 Ton Diangkut!
-
Magang PAM JAYA 2025 Dibuka, Peluang Emas Fresh Graduate dan Kisaran Gajinya
-
Kejagung 'Skakmat' Balik Kubu Nadiem Makarim: Bukan Cuma 2, Kami Punya 4 Alat Bukti!