Suara.com - Konflik sengit antara Israel dan kelompok Hizbullah kembali berkobar di perbatasan Lebanon-Israel, dengan korban tewas mencapai lebih dari 700 orang dalam satu minggu terakhir. Situasi ini semakin memanas setelah serangkaian serangan balasan yang terjadi sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu, mendorong kedua pihak ke dalam pertikaian mematikan.
Meskipun Amerika Serikat, Prancis, dan sekutu lainnya mencoba menengahi gencatan senjata, proposal tersebut ditolak oleh Israel. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, dengan tegas menyatakan bahwa Israel akan terus melawan Hizbullah hingga tercapainya kemenangan penuh.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang dijadwalkan berbicara di Sidang Umum PBB, turut mengonfirmasi bahwa militernya akan terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh. Netanyahu menyatakan bahwa pihaknya tidak akan berhenti hingga warga Israel yang terpaksa mengungsi akibat konflik ini dapat kembali ke rumah mereka dengan aman.
Lebanon di Bawah Kepungan
Dalam beberapa hari terakhir, serangan udara Israel menyasar benteng-benteng Hizbullah di wilayah selatan Lebanon, menyebabkan gelombang pengungsian lebih dari 118.000 orang. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Lebanon, jumlah korban tewas sejak Senin lalu telah melebihi 700 orang, dengan beberapa serangan udara Israel menghantam pemukiman sipil. Salah satu serangan tersebut menewaskan satu keluarga yang terdiri dari sembilan orang di Lebanon selatan.
Di sisi lain, Hizbullah tidak tinggal diam. Kelompok yang didukung Iran ini melancarkan serangan roket ke wilayah utara Israel, termasuk kota Tiberias, sebagai balasan atas serangan yang mereka sebut sebagai “kebiadaban” Israel di Lebanon.
Dengan lebih dari 1.500 orang tewas dalam hampir satu tahun konflik ini, situasi di Lebanon semakin memburuk. Serangan terbaru ini bahkan telah melampaui jumlah korban tewas dalam perang antara Israel dan Hizbullah pada 2006.
Respons Internasional Terhadap Eskalasi
Di tengah konflik yang semakin meluas, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, bertemu di sela-sela Sidang Umum PBB untuk membahas proposal gencatan senjata yang kemudian ditolak oleh Israel. Macron mengecam penolakan tersebut, menyebutnya sebagai "kesalahan" yang bisa memicu eskalasi regional lebih lanjut.
Kendati demikian, Hizbullah hingga saat ini belum memberikan tanggapan resmi terkait proposal gencatan senjata tersebut. Sementara itu, militer Israel terus melancarkan serangan yang menargetkan infrastruktur Hizbullah, termasuk serangan di Beirut yang menewaskan komandan drone Hizbullah, Mohammed Srur.
Ancaman Perang Regional
Perkembangan terbaru di perbatasan Lebanon-Israel memicu kekhawatiran akan terjadinya eskalasi besar di Timur Tengah. Kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Iran, seperti Houthi di Yaman, telah menyatakan dukungannya kepada Hizbullah dan mengancam akan terlibat dalam konflik jika diperlukan. Sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel, memperlihatkan betapa cepatnya konflik ini bisa meluas ke negara-negara lain di kawasan.
Baca Juga: Alasan Amerika Serikat Dukung Ukraina Dibongkar Kamala Harris, Apa Katanya?
Dengan tidak adanya tanda-tanda penghentian pertempuran, para diplomat internasional menegaskan bahwa penyelesaian konflik di Gaza akan menjadi kunci untuk meredakan ketegangan di Lebanon dan mencegah kawasan Timur Tengah jatuh ke dalam perang habis-habisan.
Berita Terkait
-
Alasan Amerika Serikat Dukung Ukraina Dibongkar Kamala Harris, Apa Katanya?
-
Konflik Timur Tengah Tanpa Solusi, Peran PBB Dipertanyakan
-
Ulama Quraish Shihab Ungkap Alasan Allah SWT Belum Tolong Palestina Lawan Israel: Zionis Akan Hancur!
-
Misteri Ledakan Pager di Lebanon: Taiwan Periksa 4 Saksi Kunci
-
Israel Tolak Gencatan Senjata, Perang Lebanon Memanas!
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?
-
SBY: Seni Bukan Hanya Indah, Tapi 'Senjata' Perdamaian dan Masa Depan Lebih Baik