Suara.com - Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kekeringan berkepanjangan, penurunan hasil pertanian, hingga ancaman terhadap ekosistem laut menjadi tantangan nyata yang dihadapi masyarakat.
Sayangnya, belum semua kebijakan daerah mampu merespons persoalan ini secara menyeluruh dan adil, terutama bagi kelompok rentan seperti masyarakat adat dan nelayan kecil.
Menyadari urgensi ini, Pemerintah Provinsi NTT bersama Voices for Just Climate Action (VCA) Indonesia menggelar dialog kebijakan bertema “Mendorong Kebijakan Adaptasi Perubahan Iklim yang Berkeadilan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia” pada 19–20 Mei 2025.
Kegiatan ini melibatkan perwakilan dari 18 perangkat daerah kabupaten/kota serta berbagai organisasi masyarakat sipil.
Dari forum tersebut, lahir sejumlah rencana aksi iklim kolaboratif. Di antaranya penyusunan Peraturan Daerah tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, pengembangan konservasi laut berbasis kearifan lokal, serta pengadaan mesin pengolahan sampah plastik.
Tak hanya itu, dialog ini juga menekankan pentingnya mobilisasi pendanaan serta pelibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan kebijakan iklim.
“Kolaborasi antara pemerintah, CSO, dan mitra pembangunan sangat penting untuk memastikan aksi adaptasi dan mitigasi berjalan nyata,” ujar Sherly S. Wila Huky, Kabid Pengendalian dan Perlindungan DLHK Provinsi NTT.
Ia menambahkan bahwa hasil dialog ini akan didorong untuk diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan seperti RPJMD.
“Dialog selama dua hari telah menghasilkan satu rencana yang baik bagi NTT untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, dan membangun berbagai solusi iklim berbasis pengetahuan lokal,” ujarnya.
Baca Juga: DPR Didesak Kawal Agar Eks Kapolres Ngada Segera Diadili: Harus Dihukum Berat dan Kebiri Kimia!
VCA Indonesia dalam penutupan acara dialog tersebut juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi NTT yang membuka tangan untuk berkolaborasi merespons perubahan iklim. Ini sesuai dengan komitmen dari Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena yang dalam pembukaan acara dialog menyatakan isu perubahan iklim adalah tantangan mendesak yang harus direspons oleh Pemerintah Provinsi NTT.
“Kolaborasi ini adalah langkah maju bagi NTT dan bagi Indonesia untuk merespons perubahan iklim. Ini adalah salah satu bentuk rekognisi pemerintah atas berbagai program yang selama ini telah dikerjakan oleh VCA Indonesia,” pungkasnya.
Kerentanan NTT terhadap krisis iklim
Sebagai wilayah kepulauan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di garis depan krisis iklim. Setiap tahun, masyarakatnya semakin akrab dengan dampak perubahan cuaca ekstrem—banjir, kekeringan panjang, abrasi pantai, hingga ancaman gagal panen dan terganggunya hasil tangkapan laut.
Kondisi ini memukul kehidupan petani, nelayan, masyarakat urban, hingga komunitas adat yang sangat bergantung pada alam. Namun, krisis iklim di NTT bukan hanya soal bencana alam. Di baliknya, tersembunyi persoalan ketidakadilan dan ketimpangan sosial yang memperparah kerentanan masyarakat. Akses terhadap peluang pembangunan belum merata.
Anak muda dan masyarakat miskin kesulitan mengakses ruang tumbuh karena keterbatasan informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi. Perempuan di sektor pertanian juga kerap menerima upah lebih rendah dibanding laki-laki, meski beban kerja mereka setara. Sementara itu, tantangan pendidikan di daerah terpencil menjadi hambatan besar bagi warga untuk memahami, apalagi merespons krisis iklim dengan tepat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
KPK Akhirnya Ambil Alih Kasus Korupsi Petral dari Kejagung, Apa Alasannya?
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB